Pages

Kamis, 12 November 2015

SEBUAH PERNYATAAN KLISE UNTUK SOSOK "BAPAK"

Jika berbicara tentang Bapak, Aku sedikit sensitif. Jika Bapak kenapa-napa, Aku yang paling cemas duluan dan paling gampang mengeluarkan air mata. Mungkin karena faktor anak pertama, sampai sekarang-pun Aku masih begitu bergantung kepada Beliau. Bukannya tak menyayangi Ibu, saya menyayangi keduanya, sama besar, tapi berbicara tentang Bapak, lain lagi yang bisa kubahasakan. Bapak itu “Sesuatu yang tak bisa terganti, satu-satunya lelaki yang rela melakukan apapun demi keluarganya”. Bapak tak pernah sampai hati menyakiti hati anak-anaknya, hati keluarganya, hati putrinya. Bapak yang rela banting tulang demi keluarganya, yang tidak ingin anak istrinya kekurangan. Terdengar klise memang, tapi coba kalian yang berada diposisinya. Kalau saya pribadi, beliau sangat hebat, mau berpendidikan tinggi atau tidak, beliau tetap saja orang yang sangat pantas untuk dibanggakan.
Bapak yang pendiam, yang lebih banyak aksinya daripada kata-katanya, yang selalu berusaha baik-baik saja. Yang kalau Aku sakit, tiba-tiba datang mengetuk pintu kost dan membelikanku obat, dan jika tak sempat datang, maka akan rajin menelepon dan menyuruhku ke Puskesmas. Laki-laki yang penuh kejutan, yang tidak terprediksi bagaimana pemikirannya tapi selalu melakukan yang terbaik. Laki-laki yang selalu berusaha mengabulkan apapun keinginan anak-anaknya. Laki-laki yang tak pernah rela menyakiti, lebih memilih dia yang tersakiti.
Ini hanya penyampaian klise dari seorang anak gadis terhadap Ayahnya, mau pendapat yang lain, terserah kalian.. Aku terlalu banyak merepotkan Beliau. Aku sadar, tapi aku belum bisa berbuat banyak untuk saat ini. Aku juga tahu, aku masih sering merepotkan dan keras hati, aku juga masih belum bisa memberikan apa-apa untuk saat ini, tapi aku punya keingingan keras untuk membalas semua jasa Beliau.
Sehat terus ya Pak, anakmu ini sedang berjuang demi sebuah gelar, demi sebuah kilat bangga dimatamu, demi sebuah keberhasilan di kemudian hari. Mungkin masih belum terlambat untuk berujar “Selamat Hari Ayah, selalu ada kata amin yang menyertai doa tulusmu untuk anak dan keluargamu. Eu te Amo”

Regards

Afiah


Makassar, 20:35 WITA.
 

(c)2009 AFIAH. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger