Pages

Rabu, 23 Oktober 2019

(METONIMIA DALAM BAHASA INDONESIA)

Kata metonimia diturunkan dari kata Yunani meta yang berarti menunjukkan perubahan dan onoma yang berarti nama. Dengan demikian, metonimia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Hubungan itu dapat berupa penemu untuk hasil penemuan, pemilik untuk barang yang dimiliki, akibat untuk sebab, sebab untuk akibat, isi untuk menyatakan kulitnya, dan sebagainya.
Metonimia disebut oleh Keraf (1992:142) sebagai bagian dari sinekdoke. Sinekdoke dibagi menjadi dua yaitu pars pro toto: pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek, dan totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
Contoh  : “Ia membeli sebuah chevrolete.”
“Saya minum satu gelas, ia dua gelas.”
“Pena lebih berbahaya dari pedang.”
“Ia telah memeras keringat habis-habisan.”
Parera (2004:121) menyebut metonimia sebagai hubungan kemaknaan. Berbeda halnya dengan metafora, metonimia muncul dengan kata-kata yang telah diketahui dan saling berhubungan. Metonimia merupakan sebuta pengganti untuk sebuah objek atau perbuatan dengan atribut yang melekat pada objek atau perbuatan yang bersangkutan. Misalnya, “rokok kretek” dikatakan “belikan saya kretek”. Metonimia menurut Parera (2004:121-122) dapat dikelompokkan bedasarkan atribut yang mendasarinya, misalnya metonimia dengan relasi tempat, relasi waktu, relasi atribut (pars prototo), metonimia berelasi penemu atau pencipta, dan metonimi berdasarkan perbuatan.
Metonimia berdasarkan atribut tempat, dicontohkan oleh Parera seperti “Pasar Blok M” disingkat “Blok M”sebagai singkatan nama bioskop yang terkenal di tempat tersebut pada masa tertentu, yakni “bioskop Majestik”. Di tahun 60-an di Jakarta Pusat terdapat gedung bioskop megah dengan nama “Metropole” dan tahun 80-an  diganti dengan nama “Megaria”. Masing-masing daerah dikenal dengan ciri atribut yang menonjol dan pada umumnya penduduk akan menyebutkan daerah tersebut berdasarkan ciri atribut yang terkenal.
Metonimi berdasarkan atribut waktu, contohnya “Datanglah setelah magrib”, “Subuh nanti kita berangkat”. Waktu Shalat bagi umat Islam seperti Magrib dan Subuh atau Misa bagi orang kristiani biasanya dipakai sebagai ukuran dan pembagian waktu di Indonesia.
Metonimi berdasarkan unsur bagian untuk seluruhnya atau disebut tipe pars pro toto. Contohnya, Militer atau tentara Nasional Indonesia (TNI) dikenal dengan sebutan “baju hijau”, kelompok pasukan tentara Angkatan Darat yang khusus disebut dengan “Baret Merah”.
Metonimi berdasarkan penemu dan pencipta, dicontohkan oleh Parera sebagai bentuk penyebutan penemu sesuatu. Misalnya, jika seorang ahli fisika mengatakan “satu ampere adalah aliran listrik yang satu volt dapat mengirim melali satu ohm”, maka ia telah menyebut tiga tokoh utama dalam bidang ilmunya, yakni Andre Ampere (orang Prancis), Count Alssandro Volta (orang Italia), dan George Simon Ohm (orang Jerman).








RANGKUMAN MATERI KELOMPOK IX (METAFORA DALAM BAHASA INDONESIA)

Metafora, kata Monroe adalah “puisi dalam miniatur”. Metafora menghubungkan makna harfiah dengan makna figuratif dalam karya sastra. Dalam hal ini, karya sastra merupakan karya wacana yang menyatukan makna eksplisit dan implisit. Secara etimologis, terminologi metafora dibentuk melalui perpaduan dua kata Yunani—“meta” (diatas) dan “pherein” (mengalihkan/memindahkan). Dalam bahasa Yunani Modern, kata metafora juga bermakna “transfer” atau “transpor”. Dengan demikian, metafora adalah pengalihan citra, makna, atau kualitas sebuah ungkapan kepada suatu ungkapan lain (Classe: 2000: 941). Pengalihan tersebut dilakukan dengan cara merujuk suatu konsep kepada suatu konsep lain untuk mengisyaratkan kesamaan, analogi atau hubungan kedua konsep tersebut. Sebagai contoh, dalam metafora “Pelanggan adalah raja,” berbagai citra atau kualitas seorang raja, seperti kekuasaan, pengaruh, posisi, dan sebagainya dipindahkan kepada pelanggan. Ungkapan Shakespeare yang sangat terkenal “All the world’s a stage” adalah contoh metafora yang sering dikutip. Metafora ini mengindikasikan bahwa “the world” dan “stage” adalah dua hal yang analog. Karena metafora merupakan sebuah topik kajian utama berbagai disiplin ilmu, terutama linguistik, teori kesusastraan, filsafat, dan psikologi, konsep-konsep tentang metafora, termasuk definisinya, sangat beragam (Picken: 1988: 108). Hingga saat ini, terdapat paling tidak empat teori metafora yang mengungkapkan metafora dengan berbagai sudut pandang. Berikut ini adalah uraian singkat tentang keempat teori tersebut, yang secara khusus ditinjau dari perspektif penerjemahan.
Contoh:
·         Engkau belahan jantung hatiku sayangku. (sangat penting)
·         Raja siang keluar dari ufuk timur
·         Jonathan adalah bintang kelas dunia.
·         Harta karunku (sangat berharga)
·         Dia dianggap anak emas majikannya.
·         Perpustakaan adalah gudang ilmu.
Teori Metafora
a.         Teori PERBANDINGAN ( Perbandingan Teori )

b.        Teori Interaksi

0 komentar:

Posting Komentar

 

(c)2009 AFIAH. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger