Ada
yang pernah bilang kepadaku, “Kalau ada masalah kita bicarakan baik-baik”, ada
juga yang terlintas diingatanku kalau kita semua menganggap bahwa kita adalah saudara tak sedarah, saudara tak seayah
tak seibu. Lalu Aku kembali ragu yang merasa diriku adalah sahabatmu, petaka
apa yang menimpa kita kemarin malam dan masih berlakukah semboyan di atas?
Salah
seorang di antara kita merasa didiskriminasikan, padahal kasih sayang sama saja
menurutku. Tak ada diskriminasi. Maaf kalau ajakan kami tak menyebut namamu
secara konvensional dan formal. Tapi apakah kita semua yang terkesan autis dan
sering membully satu sama lain menjadi
rentan hanya karena hal ini? Sungguh Aku menyesalinya, malahan di luar
perkiraannku. Malam yang
semestinya dihabiskan oleh kumpulan sahabat untuk saling bercanda dan tertawa
tiba-tiba menjadi diam dan kaku saat kembali ke peraduannya masing-masing. Semuanya
bertanya-tanya.
Aku tak bermaksud menghakimimu, aku
beberapa kali melihatmu menangis tanpa sebab, entah teringat Ibumu atau karena
sikap kami yang menurutmu keterlaluan. Aku dan beberapa yang lainnya tahu, tapi
kami kadang memilih bungkam karena yakin dan percaya kau hanya akan menjawabnya
dengan kalimat tak apa-apa. Kami semua tahu kamu tipe orang yang banyak tertawa
dan gampang tersentuh, tapi kami tak tahu kamu akan sebegitunya kemarin malam.
Tak ada yang berniat melupakan satu sama lain, jika panggilan “anak-anak”
artinya kita semua ikut terlibat, tak perlu ada panggilan formal, sayang. Mengapa
tadinya kita yang tak tahu malu menjadi canggung begini? Aku sendiri tak tahu.
Aku
tak akan banyak berkoar lagi. Aku hanya ingin mengucap maaf untuk semua bila
pernah menyakiti hati kalian baik sengaja atau tidak. Maaf kalau aku pernah
pergi tanpa mengajak kalian, maaf kalau aku atau beberapa dari kita pergi tanpa
memberi tahu yang lainnya, maaf bila aku atau beberapa yang lainnya juga sering
marah-marah bila ada yang malas kerja tugas, maaf kadang menyusahkan dan
cerewet, maaf kalau aku juga tipe tertutup seperti sahabat kita yang
kuceritakan sebelumnya J, dan akan bertumpuk-tumpuk maaf yang kuucap apabila
aku menerjemahkannya sekaligus di sini. Bukankah maaf yang tulus dari hati
lebih indah dan bermakna... Semoga kita semua bisa lebih dewasa satu sama lain
untuk setiap masalah, semoga kita selalu ada dalam suka dan duka, semoga kita
wisuda bersama-sama walau aku tak yakin akan hal itu karena ada yang
benar-benar cuek dengan kuliahnya, semoga semoga dan semoga. Maaf untuk
semuanya, sekali lagi maaf bila aku menangis menuliskan ini semua.
Aku harap kita semua tetap sama, tak
ada yang berubah, tetap solid. Aku sudah menganggap kalian sebagai saudara di
perantauanku, karena kita satu sama lain saling melindungi, saling memahami,
dan saling menyayangi. Aku percaya itu. Semoga kalian juga. I need you, more more more than you know guys!
Teruntuk
Yang merasa & Teman
berbagiku di bangku kuliah (AAGKD)
Makassar, 27 April 2015