Terlalu
banyak yang ingin disampaikan malam. Dia ingin berkeluh kesah tentang kisahnya
yang hanya berkisar hitam dan merah. Tapi bukankah malam yang gelap selalu
diikuti dengan pagi yang terang? Malam semestinya bersyukur atas hal ini.
Langit yang
kita lihat hanya berkisar hal-hal yang biasa tanpa tahu apa yang ada
dibaliknya, langit bisa tertawa cerah, dan juga bisa murka. Bukankah alam
selalu memberikan kita kejutan yang tak terduga? Ah.. semestinya kali ini Aku
yang bersyukur.
Tapi, mengapa
masih ada kesedihan wahai malam? Sepertinya aku yang ingin berkeluh kesah
padamu saat ini. Kau begitu tenang, diiringi bintang di beberapa bagian tubuhmu
yang anggun. Entah mengapa malam ini kau begitu bersinar, bahagiakah? Atau
malah kau akan mengecohku ingin menangis saat aku terlelap nanti menyisakan
sejukmu menusuk tulang? Aku sedikit ingin berbagi padamu tentang keluhku,
tentang kisahku.
Malam… kau
pernah merasa sendiri? Ah pasti tidak, kau selalu ada yang menemani, begitu
penilaianku. Aku kadang iri terhadapmu, banyak bintang di sekitarmu saat kau
gelap, bahkan sat kau memerah, hujan selalu mengiringimu.
Aku tahu
ada yang tak ingin kau bagi, kau begitu tinggi dan angkuh namun sekaligus
membuatku nyaman untuk lama-lama memandangmu walau kadang membuatku pusing
sendiri karena mendongak.
Heii..
bintang di sebelahmu sangat terang, begitu cantik, dan bintang yang terang juga
akan cepat hilangnya. Begitukah perasaan? Jika terlalu menggebu-gebu akan cepat
menghilang karena hanya manis diawal? Aku tak tahu menahu soal teori bintang.
Aku hanya mengagumimu saja, wahai raja angkuh. Tapi kalau aku pikir-pikir lagi,
wajar bila kau angkuh terhadap apa yang dibawahmu.
(…)
(…)
Wahai
manusia, kau sok maha tahu denganku, aku tetaplah malam yang akan tetap menyimpan
misteri, kau tak akan tahu denganku esok, dan seterusnya. Bukankah kejutan itu
menyenangkan? – di kala malam gerhana bulan total.
0 komentar:
Posting Komentar