Menjadi
Penulis yang Produktif di Media Massa
Oleh
: Herman
Kemampuan menulis adalah profesi yang diimpikan banyak orang.
Keterampilan ini tidak membutuhkan banyak persyaratan, yang dibutuhkan hanyalah
seseorang yang ingin menekuni dunia menulis hanyalah kemauan dan kerja keras.
Menulis sama dengan keterampilan lain yang kesuksesannya ditentukan oleh
kesungguhan dalam praktik. Semakin kita sering menulis, maka analisis kita juga
akan semakin tajam dalam menyikapi pelbagai persoalan yang terjadi di
lingkungan kita.
Selain itu, penulis harus doyan baca buku. Kenapa? Sebab tanpa membaca,
penulis akan mengalami kekeringan bahasa. Membaca akan memudahkan penulis dalam
menuangkan ide-idenya. Persoalan membaca memang sering menjadi problem setiap
negara terutama Indonesia. Jangankan untuk usia sekolah dasar, tingkat mahasiswa
dan dosen saja masih minim yang menjadikan budaya baca sebagai kebiasaan
sehari-hari. Apalagi dengan majunya teknologi, mereka lebih suka ke warnet
ketimbang membaca buku di perpustakaan.
Minimnya minat membaca juga berpengaruh terhadap keinginan mahasiswa
atau dosen untuk menulis. Padahal menulis adalah pekerjaan yang seharusnya
dilakoni oleh kaum intelektual seperti mahasiswa/dosen.
Suatu bangsa disebut maju jika tradisi membaca dan menulis di negara
tersebut berkembang pesat. Budaya inilah yang akan membawa bangsa menjadi
bangsa yang berperadaban tinggi. Umat islam mencapai puncak kemajuan di masa
silam karena para ulama ketika itu mampu membungkus keilmuannya dengan tetap
konsisten membaca dan menulis. Setiap orang memiliki potensi untuk menjadi penulis,
dengan syarat Ia mau belajar dan tekun membaca. Membaca adalah modal utama
menjadi seorang penulis. Mustahil seorang penulis bisa menyampaikan gagasannya
jika Ia tidak membaca terlebih dahulu. Allah
telah menciptakan manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi. Untuk menjalankan
tugasnya sebagai khalifah di muka bumi,
manusia harus memiliki ilmu pengetahuan yang cukup dan harus menjaga ilmu
tersebut sebaik-baiknya. Salah satu cara terbaik untuk menjaga ilmu adalah
dengan mengikatnya dengan tulisan.
Menulis memiliki arti penting dalam kehidupan umat manusia. Menulis
dapat mendatangkan berkah bagi penulis itu sendiri, sungguh sangat mengagumkan,
selain bermanfaat terhadap diri sendiri, menulis juga dapat mendatangkan
manfaat bagi orang lain. Khotijah Kamsul dakam artikelnya “Strategi
Pengembangan Minat dan Gemar Membaca” menjelaskan ada beberapa faktor yang
menghambat peningkatan minat baca dalam masyarakat dewasa ini, yaitu;
1.
Langkanya
keberadaan buku-buku anak yang menarik, terbitan dalam negeri.
2.
Semakin
jarangnya bimbingan orang tua yang suka mendongeng sebelum tidur bagi
anak-anak.
3.
Pengaruh
televisi yang bukannya mendorong anak-anak untuk membaca, tetapi lebih betah
menonton acara-acara televisi.
4.
Harga
buku yang semakin tidak terjangkau oleh kebanyakan anggota masyarakat.
5.
Kurang
tersedianya taman-taman bacaan yang gratis dengan koleksi buku yang lengkap dan
menarik.
Dengan demikian, sebagai kaum intelektual, dosen dan mahasiswa harus
mulai sadar akan pentingnya membaca dan menulis. Dengan menulis, mahasiswa bisa
menyampaikan aspirasinya atau mengkritisi pelbagai permasalahan di negeri ini
mulai dari masalah sosial, ekonomi, maupun politik. Dosen jangan hanya bisa
menyuruh mahasiswanya menulis, tetapi juga harus memberikan teladan dengan
menulis di media. Dengan begitu, mahasiswa menjadi termotivasi untuk
mengembangkan budaya membaca dan menulis. Tugas membuat makalah dan artikel di
kampus harus dijadikan proses pembelajaran bagi mahasiswa. Di samping itu,
proses pembelajaran di kampus harus dapat mengarahkan kepada mahasiswa untuk
rajin membaca buku dengan memanfaatkan referensi yang ada di perpustakaan atau
belajar lainnya.
Menurut Suparno dan Muhammad Yunus (2007) ada beberapa manfaat dari
keterampilan menulis, di antaranya untuk peningkatan kecerdasan, pengembangan
daya inisiatif dan kreativitas, menumbuhkan keberanian, pendorong kemauan,
serta kemampuan mengumpulkan informasi.
Menulis juga merupakan alat untuk menyimpan berbagi ilmu yang kita baca
yang nantinya bisa diakses dan dibaca oleh orang lain. Namun, tradisi telah
mengalami kemunduran, karena era teknologi yang mendunia.
Membaca menduduki posisi penting dalam dunia penulisan. Untuk memperkuat
argumentasi atau ingin meresensi buku, kegiatan membaca mutlak dilakukan.
Membaca dapat memperkaya intelektual dan meningkatkan ketajaman analisis dalam
menyikapi permasalahn yang terjadi. Orang yang gemar membaca ketika berdiskusi,
pasti lebih menguasai materi yang dijadikan bahan diskusi serta lebih vokal
dalam mengemukakan pendapatnya.misalnya mahasiswa yang melahap banyak buku
pasti akan lebih aktif dan kritis dalam menanggapi penjelasan dosen. Lalu
pertanyaannya adalah, bagaimana membangkitkan semangat membaca? Di bawah ini
ada beberapa langkah-langkah agar budaya membaca benar-benar menjadi kebiasaan.
-
Menetukan tujuan membaca
Pembaca yang
baik adalah pembaca yang tahu betul akan tujuan membaca. Membaca bukanlah hanya
aktivitas mata saja, tapi melibatkan aktivitas pikiran dan hati. Jika seseorang
membaca buku tanpa tujuan maka apa yang dibacanya hanya akan sedikit saja
memberikan manfaat.
-
Membuat
perencanaan dalam membaca
Untuk mencapai
sebuah tujuan, seseorang butuh perencanaan yang matang. Kenapa butuh
perencanaan? Sebab perencanaan ini akan memandu dan membantu kita mencapai apa
yang kita inginkan. Begitu juga dengan membaca. Perencanaan membaca ini bisa
dilakukan dengan membuat target harian, bulanan, atau tahunan.
-
Memulai dari yang paling Anda sukai
Agar semangat
membaca tidak mudah luntur, sebaiknya bacalah buku-buku yang sesuai dengan
kesukaan Anda. Misalnya saja novel, agar Anda bisa memahami bacaan tersebut.
-
Mengatur waktu
Waktu itu ibarat
pedang. Jika tidak pandai mengatur waktu, maka Anda sendiri yang akan terhunus.
-
Mulailah secara bertahap
Alangkah baiknya
kita membaca buku secara bertahap. Maka konsentrasi kita akan lebih fokus dan
terarah dengan baik.
-
Manfaatkan sarana penunjang
Di zaman digital
seperti ini, kita bisa memanfaatkan apapun yang ada di sekitar kita, seperti
telepon genggam, perpustakaan, dll.
Jika kita membaca lowongan pekerjaan di media cetak (koran), maka kita
akan menemukan beberapa syarat seperti pria/wanita
max 25 tahun, min S1, menguasai ms word dan excel, pengalaman minimal 1 tahun,
siap ditempatkan di luar kota, komunikatif, dan punya leadership. Berbeda
jika Anda menjadi penulis. Anda tidak harus berpendidikan tinggi, usia Anda
tidak dibatasi, tidak harus berpengalaman, dan Anda juga cukup bekerja di
rumah. Yang dibutuhkan untuk menjadi penulis hanyalah kemauan. Dari kemauan itu
Anda akan termotivasi untuk belajar dengan banyak membaca buku atau opini orang
lain yang kemudian akan menggerakkan Anda untuk terus berlatih hingga akhirnya
menjadi penulis yang profesional.
Asep Syamsul M. Romli dalam bukunya Lincah
Menulis Panda Bicara mengatakan, modal paling fundamental (mendasar) yang
harus dimiliki seorang (calon) penulis adalah rajin membaca alian menjadi “kutu
buku”. Membaca akan memudahkan untuk menggapai impian menjadi penulis hebat.
Singkatnya, yang menjadi masalah kenapa seseorang tidak bisa menulis bukan
karena tidak memiliki kemauan dan kurangnya membaca.
Inilah yang dikatakan Andrias Harefa, bahwa salah satu soal mendasar
mengapa sejumlah orang susah menulis bukanlah karena menulis itu sulit. Soalnya
adalah mereka malas membaca. Sesungguhnya malas membaca itu penyakit manusia
modern yang jiwanya primitif. Selain harus rajin membaca, modal yang harus
dimiliki oleh seorang penulis adalah niat, tekad, serta etos kerja keras. Untuk
mencapai tahapan ini diperlukan latihan terus-menerus tanpa mengenal putus asa.
Berbagai pengalaman menyebutkan, banyak calon penulis gugur di tengah jalan
hanya karena kurang tekun dan tidak ada semngat kerja keras. Padahal pengalaman
dari sejumlah penulis yang kini telah berhasil menunjukkan bahwa mereka
tidaklah meraih proses kepenulisannya dengan gampang. Untuk menjadi penulis
profesional mereka tak pernah merasa puas dengan apa yang mereka peroleh.
Sebelum menjadi penulis terkenal, tidak sedikit penulis yang karyanya
ditolak oleh penerbit atau redaktur koran. Ingatlah bahwa setiap orang memiliki
kemampuan menulis dan menunjukkan sesuatu kepada orang lain. Kemampuan ini
ibarat jin yang tersimpan di dalam boto Aladin dan botolnya tersumbat. Setiap
orang perlu berupaya keras membebaskan sumbatan agar jin atau potensi itu
melejit keluar. Jadi, menulislah!
Adapun tips-tips menjadi penulis, sebagai berikut.
1.
Selalu
berpikir positif dan yakin bahwa suatu saat nanti bisa menjadi penulis hebat.
2.
Melahap
banyak buku, dalam artian harus banyak membaca.
3.
Seimbangkan
teori dan praktik.
4.
Jangan
berhenti belajar, karena ilmu ada di mana-mana selama kita mau berusaha.
Adapun hal-hal yang bisa diperoleh dari menulis, di
antaranya :
1.
Penunjang
karir
Menekuni keterampilan menulis bisa membuat seseorang terkenal karena
tulisannya, karena tulisan bisa dibaca oleh semua orang. Di samping itu,
menulis juga dapat menunjang karier dan media untuk membangun citra diri. Nama
kita dikenal oleh para akademisi, praktisi media massa cetak, redaktur, dan
para editor penerbitan, sehingga akan membuka jalan untuk keberhasilan kita di
masa-masa yang akan datang. Mendapat kepuasan
Mendapat kepuasan batin karena seorang penulis dapat menyalurkan
gagasannya kepada masyarakat luas. Selain itu, penulis juga bisa
memperolehpemasukan/honor dari tulisan-tulisan yang dimuat di media cetak baik
lokal maupun nasional.
Dan khusus mahasiswa, biasanya mereka bisa mendapat honor tambahan dari
kampus tempat ia belajar dengan catatan mahasiswa yang gemar menulis di media
wajib mencantumkan nama fakultas dan nama kampusnya.
2.
Menulis
itu menyehatkan
Menulis juga ternyata baik untuk kesehatan. Menulis dapat menjernihkan
pikiran, menghilangkan trauma, membantu menyelesaikan masalah selain untuk
mendapatkan dan menggali informasi-informasi baru, karena dengan menulis kita
akan berpikir untuk menuliskan sesuatu yang baru, karena dengan menulis kita
akan berpikir untuk menuliskan sesuatu yang baru, yang dapat menambah
pengetahuan kita dan membuat orang tertarik membacanya. Dalam jurnal Clinical Pyschology, James Pennebaker,
Ph.D dan Janet Seager, orang yang memiliki kebiasaan menulis akan memiliki
kondisi mental yang lebih sehat dari mereka yang tidak memiliki kebiasaan
menulis. Pikiran yang sehat tentunya akan memiliki kekuatan untuk memberi
dampak positif pada tubuh kita secara positif.
3.
Mengasah
ketajaman pikiran
Dengan menulis, seseorang dipaksa untuk berpikir secara baik,
sistematis, dan efektif karena dengan tulisan, seseorang ingin dapat dipahami
oleh orang lain, dalam hal ini tulisannya ingin dapat dimengerti oleh orang
lain yang membacanya.
Keterampilan menulis merupakan jalan yang akan mengantarkan seseorang
mencapai derajat kemanusiaan yang sempurna. Setiap orang bisa menjadi penulis
dengan syarat ia mau berlatih secara sungguh-sungguh.
Keterampilan ini tidak
mensyaratkan seseorang harus berpendidikan tinggi ataupun banyak uang. Satu hal
yang diperlukan dalam keterampilan menulis hanyalah niat yang kuat dan action. Di samping sebagai keterampilan,
ternyata kegiatan menulis juga bisa dikembangkan menjadi berbagai macam usaha
yang menggiurkan. Melihat pentingnya dunia penulisan, membuat seorang penulis
yang berjiwa interpreneur bisa mengolah kemampuannya untuk memperoleh
keuntungan yang lebih besar lagi. Inilah yang disebut sebagai penulis yang
berjiwa interpreneur. Mereka tidak sekedar menulis, tetapi mereka benar-benar
memanfaatkan keterampilan ini sebagai usaha yang menadatangkan banyak materi. Banyak
sekali penulis-penulis yang bergelimang harta hanya karena keterampilan
menulisnya, seperti J.K Rowling, Darwis Tere Liye, Asma Nadia, hingga Raditya
Dika.
Menjadi penulis yang berjiwa enterpreneur memang sangat menggiurkan
sebagai penyemangat agar kita berkarya tanpa kenal lelah. Keterampilan menulis
di sini bukan hanya dijadikan sebagai hobi, tetapi sudah berubah menjadi usaha
yang mendatangkan banyak keuntungan. Inilah yang disebut sebagai writepreneurship. M. Eko Purwanto dalam writepreneurship, Ulama, dan Umara (2009)
mengatakan writepreneurship dibentuk
dari dua kata bahasa asing, yaitu writer yang berarti penulis.
Enterpreneurship, wirausahan atau pengusaha. Jadi writepreneurship adalah seseorang yang memilih kegiatan menulis
sebagai usaha.
Para penulis yang memiliki jiwa enterpreneur akan menciptakan
pekerjaannya sendiri tanpa harus menunggu lowongan kerja, apalagi di tengah
persaingan yang semakin hari kian ketat. Karenanya, profesi menulis bisa
dijadikan alternatif agar kantong kita tidak terus mengering dan menulis bisa
dilakukan oleh siapa dan di mana saja serta tanpa dibatasi usia.
Namun, untuk menjadi penulis yang berjiwa enterpreneur butuh waktu dan
proses yang panjang. Sebab, di samping memiliki kemampuan tulis-menulis,
seorang penulis juga dituntut memiliki kemampuan berbisnis. Writerpreneur
adalah pengusaha kreatif di bidang kepenulisan. Mereka mampu membaca peluang
bagaimana karya tulisnya bisa dijadikan komoditas yang bisa dikonsumsi para
pembaca.
Keinginan untuk menjadi penulis di media massa, baik cetak maupun
elektronik sangat didambakan oleh banyak orang. Menjadi penulis di media massa
sangatlah mudah asalkan ada kemauan dan mau belajar tanpa henti. Jika membaca
koran, pasti kita akan menemukan satu rubrik artikel/opini yang merupakan wadah
buat para pembaca atau pengamat untuk menuangkan gagasannya dalam menyikapi
pelbagai persoalan, baik masalah politik, sosial, hukum, budaya, maupun
ekonomi. Misalnya, kompas setiap hari bisa memuat artikel/opini hingga empat
judul artikel dengan tema yang berbeda.
Mudrajad Kuncoro (2009) mendefinisikan artikel sebagai tulisan yang
menekankan pada pendapat seorang penulis atau suatu data, fakta, dan kejadian
berdasarkan analisis subjektif penulis sendiri. Biasanya artikel diterbitkan
oleh media cetak setiap hari kecuali minggu. Artikel ini tidak terlalu panjang,
berkisar antara 4.000-7.000 karakter dan biasanya tiap koran memiliki kriteria
masing-masing terkait masalah jumlah kata atau karakter. Jumlah karakter
artikel di koran dan majalah berbeda, sedangkan artikel untuk jurnal ilmiah
biasanya lebih panjang, yaitu antara 15-25 halaman.
Menurut Totok Djuroto dan Bambang Suprijadi (2013) memaparkan, tulisan
artikel di media biasanya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1.
Tulisan
harus orisinil, belum pernah dimuat di media lain.
2.
Bersifat
aktual dan faktual
3.
Mengandung
ilmiah populer
4.
Mengandung
gagasan sentral yang jelas, bukan sekadar pernyataan-pernyataan lepas.
5.
Utamakan
gagasan sendiri.
6.
Tidak
mengandung sesuatu yang dapat menyinggung atau menghina salah satu suku, agama,
ras, dan golongan (SARA).
7.
Tidak
mengandung hal-hal yang dapat dikategorikan menghina pejabat negara, pemerintah
maupun kepala negara.
8.
Secara
eksplisit maupun implisit tidak mengandung paham ideologi yang dilarang
pemerintah, atau bertentangan dengan Pancasila.
9.
Tidak
melanggar kesusilaan.
10. Bukan merupakan trial
by the press.
Belajar menulis sama dengan belajar keterampilan lainnya yang
keberhasilannya sangat ditentukan oleh intensitas berlatih. Sehebat apapun pengetahuan
kita tentang teori menulis, kalau tidak pernah mencoba menulis, tidak akan
pernah bisa. Memang tidak gampang menjadi penulis hebat. Kita harus banyak
berlatih tanpa henti dan banyak bertanya kepada penulis yang sudah
berpengalaman. Adapun panduan bagi penulis pemula sebagai berikut:
1.
Menemukan
ide. Menggali ide merupakan tahap awal yang harus dilakukan sebelum menulis
artikel. Banyak cara untuk menemukan ide, misalnya dengan membaca buku,
majalah, koran, menonton TV, mendengarkan radio, dan melalui diskusi.
2.
Mengembangkan
ide melalui bahan-bahan bacaan. Untuk mendukung ide/tema tulisan, penulis
membutuhkan referensi sebagai penguat ide yang ditulis. Referensi itu merupakan
pendapa tokoh/pengamat yang telah dimuat dalam buku, majalah, atau koran. Dan
jangan lupa menuliskan sumber referensi yang telah dikutip.
3.
Membuat
outline tulisan. Setelah menemukan ide dan bahan bacaan, yang perlu dilakukan
adalah membuat outline. Outline adalah kerangka karangan untuk memudahkan
penulis agar fokus pada tema yang sedang dibahas dan pembahasannya tidak ke
mana-mana.
4.
First draft atau penulisan awal. Di bagian ini bisa menuliskan
ide dengan bahasa bebas. Tulislah semua gagasan Anda tanpa melakukan
pengeditan.
5.
Rewriting atau penulisan ulang naskah. Di sini dituntut untuk menulis ulang
dengan dengan cara membaca dari awal hingga akhir. Langkah ini penting agar
tulisan menjadi sinkron/nyambung dengan tema yang diangkat dan antara paragraf
yang satu dengan yang lainnya memiliki keterikatan.
6.
Editing. Pengeditan ini penting untuk menilai apakah tulisan layak atau tidak
untuk dimuat di media cetak atau online. Editing merupakan proses terakhir yang
sangat menentukan. Dengan melakukan pengeditan berulang-ulang, tulisan akan
semakin bagus dan enak dibaca. Jika memiliki kesulitan atau tidak terbiasa
mengedit, bisa minta bantuan kepada dosen, guru, dan teman yang sudah
berpengalaman dalam dunia tulis menulis.
Bersyukurlah orang yang gemar membaca buku karena dengan hobinya itu ia
akan memiliki wawasan luas dan menjadi lebih bijak dalam menghadapi problem
kehidupan. Namun, bagi sebagian orang kebiasaan ini belum seberapa. Ada
sebagian orang yang ingin berbuat lebih dan ingin membagi apa yang selama ini
ia dapatkan dari bacaannya. Orang seperti ini ingin menyampaikan ilmu yang ia
peroleh dari kebiasaan membaca buku. Cara yang paling untuk menyampaikan
informasi kepada orang lain itu adalah dengan meresensi buku.
Resensi adalah memaparkan kelebihan atau kekurangan sebuah buku yng baru
terbit agar pembaca memperoleh informasi tentang buku tersebut dan tertarik
untuk membacanya.
Meresensi buku bisa dilakukan oleh siapa saja, baik pengamat, akademisi,
mahasiswa, dan bahkan mereka yang tidak berpendidikan sekalipun bisa meresensi
buku. Dalam melakukan resensi buku, peresensi buku memiliki tujuan utama,
iyaitu memberikan penilaian terhadap isi sebuah buku.
Tulisan dibuat untuk dibaca, ketika tulisan rampung dan sudah mengalami
tahap editing berkali-kali. Tiba saatnya untuk mengirimkan ke media massa. Ada
banyak cara mengirimkan opini/resensi buku ke media, seperti melalui email dan
pos.
Namun, seiring perkembangan teknologi pengiriman akan lebih mudah
menggunakan email. Sebelum Anda mengirimkan tulisan ke media ada beberapa hal
yang perlu dilakukan.
Pertama, mengedit ulang. Jika perlu, mintalah pendapat kepada
orang yang sudah biasa menulis di media. Mungkin judul Anda kurang menarik atau
paragraf satu dengan yang lain kirang nyambung.
Kedua, jangan lupa lampirkan di file
attachment opini, scan KTP/Identitas lain, biodata diri, foto diri, alamat
lengkap, nomor rekening, dan nomor telepon.
Ketiga, mengetahui
berbagai tema tulisan setiap koran. Cara ini penting agar tidak
kesulitan dalam mengirimkan karya. Dengan mengetahui tema-tema di koran, maka
akan memudahkan dalam menulis, mengirimkan tulisan, dan juga akan memudahkan
tulisan untuk dimuat. Untuk mengetahui tema-tema tersebut, sering-seringlah
membaca koran dengan cara membeli koran, membaca di perpustakaan yang
menyediakan berbagai jenis koran dan juga bisa pinjam ke teman.
Keempat, sebelum mengirimkan tulisan ke media, harus juga
mengetahui berapa panjang kata/karakter tulisan yang sesuai dengan koran
tersebut. Karena antara koran yang satu dengan yang lainnya pasti berbeda. Jika
kalian suka membaca koran, lihatlah tulisan di samping kanan atau di bawah
rubrik oponi. Di sana biasanya tertulis beberapa syarat terkait dengan berapa
panjang kata/karakter artikel/resensi.
Jika kita bisa melakukan tahapan seperti
di atas, maka yakinlah tulisan Anda pasti dimuat dan kemungkinan ditolak
sangatlah kecil. Ingat, jangan kirim artikel /resensi ke lebih dari satu media
dengan satu judul. Kirimkan satu judul tulisan ke satu media saja. Terakhir
jangan mudah putus asa ketika tulisan belum dimuat, teruslah belajar dan
cobalah tanpa henti. Dengan begitu, akan diketahui apa kelemahan dan kekurangan
yang membuat tulisan tersebut belum dimuat. Jangan menyerah, teruslah menulis!.
Cara paling mudah mengirim opini ke media adalah dengan surat elektronik
(surel). Jadi, sebelum mengirimkan artikel, penulis harus memiliki daftar
alamat surel media massa baik nasional maupun lokal. Sementara
langkah-langkahnya seperti di bawah ini.
-
Jika
mengirim opini melalui surel, jangan lupa melampirkan file di attachment (lampiran) dalam bentuk MS
Word, jangan sekali-kali menulis di tubuh Surel.
-
Di
subjek surel, tuliskan judul artikel, misalnya, subjek; OPINI (judul artikel
tulis di sini).
Setelah itu tinggal tunggu hasil pemuatan artikel yang telah dikirim.
Biasanya pemuatan antara 1-2 minggu. Jika dalam waktu 2 mingguan tidak dimuat,
maka tulisan tersebut belum mendapatkan tempat di media tersebut. Jadi, penulis
bisa menyempurnakan dan mengirimkannya ke media lain. Tapi, sebelum artikel
dikirim ke media lain, alangkah baiknya dilakukan pengeditan ulang seperti
pengubahan judul, subjudul, atau argumentasinya lebih dipertajam sehingga media
lain tidak kuasa menolak artikel tersebut.
Bakat memang dibutuhkan untuk memudahkan dalam menulis, tetapi bukan hal
yang mutlak. Setiap orang dapat menjadi penulis asal mempunyai kemauan yang
keras dan tidak menyerah untuk terus belajar. Di samping harus terus belajar,
penulis juga harus doyan membaca buku. Membaca memang merupakan hal yang wajib
bagi penulis, karena dengan membaca, kita akan mendapatkan banyak referensi dan
bahan untuk menulis. Jika tulisannya berupa cerpen, puisi, atau novel, mungkin
membaca (terutama buku) bukan suatu yang sangat diperlukan karena semua itu
mengandalkan imajinasi dan kemampuan untuk menuangkan imajinasi ke dalam kata.
Namun utnuk buku yang berupa pengetahuan, membaca merupakan hal yang mutlak
karena itu merupakan sumber bahan tulisan. Tetapi selama penulis mampu menulis
dengan baik dan berkualitas serta dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan
dan moral, maka tidak masalah kalau dia malas untuk membaca. Alternatif lain
adalah dengan metode skimming
(membaca apa yang dibutuhkan).
Membaca juga akan membantu penulis untuk menemukan ide baru. Karena
sebelum menulis, seseorang membutuhkan ide. Untuk menulis buku yang dapat
diterima penerbit, kita bisa berkaca dari buku-buku yang sudah ada. Semua hal
butuh proses, termasuk dalam menulis. Penolakan dari satu penerbit bukan
merupakan bukti bahwa naskah kita jelek, kita bisa mengirimkannya ke penerbit
lain yang sesuai. Intinya, kita harus menikmati semua proses, termasuk
penolakan dan jangan menyerah hingga apa yang diinginkan dapat tercapai.
Dari 100%, bakat hanya 5%, 20% kemauan, dan sisanya 75% adalah latihan.
Jadi tidak ada penulis yang dilahirkan, tetapi penulis itu dibentuk oleh
latihan yang terus menerus. Untuk menjadi penulis, kita tidak harus sekolah
menulis. Bahkan menulis itu tidak membutuhkan bakat khusus. Karena, kunci utama
dari menulis itu adalah rasa percaya diri. Dan rasa percaya diri itu tidak akan
tumbuh jika kita tidak menjadi pembaca yang baik, karena seorang penulis yang
baik adalah pembaca yang baik. Kebiasaan membaca akan membuat kita memiliki
kekayaan bahasa. Dengan kekayaan bahasa, seseorang tidak akan minder untuk
memulai menjadi penulis.
Motivasi itu juga perlu dijaga. Layaknya membangun monumen. Proses yang
terus menerus untuk menghasilkan monumen terbaik menjadi yang terus membakar
untuk menulis dan menulis. Agar proses itu terus berjalan, maka bahan-bahan
yang dibutuhkan harus tersedia. Bahan untuk menulis adalah isi pikiran yang
mengkristal dari pembacaan kita terhadap semua teks, baik teks alam raya
(kauniyah) maupun teks-teks lainnya.
Modal dasar menulis adalah kemauan kuat untuk menulis. Kemauan yang kuat
akan mendorongnya untuk membaca, menelaah, meneliti, mengkritisi fenomena, dan
menuangkannya dalam bentuk tulisan. Karena itu, untuk level mahasiswa dengan kemampuan
analisanya dan keharusan membaca banyak referensi dan membuat makalah, maka
tradisi kepenulisan seharusnya tumbuh subur.
Manfaat utama menulis adalah berbagi dan memberi kesempatan orang lain
membaca pemikiran kita kapan dan di manapun. Kita bisa berbagi pengetahuan
kita, syukur-syukur memberi manfaat bagi pembacanya. Sebuah kebahagiaan yang
tak ternilai apabila para pembaca tulisan kita mendapakan pengetahuan atau
manfaat. Jadi, menulis merupakan amal jariah dari ilmu yang kita punya.
Menulis memiliki banyak manfaat. Bahkan hadirnya tulisan sudah membuat
perubahan-perubahan besar dalam perjalanan sejarahumat manusia. Dengan manfaat
itu, banyak orang yang menjadi penulis produktif karena dengan produktif menulis, kita bisa
berbagi ilmu. Semakin dikenal publik, dan pundi-pundi uangh akan terus mengalir.
Jadi, bagaiman menjadi penulis yang produktif? Inilah tips-tips yang semoga
bisa membangkitkan semangat untuk terus menulis.
√ Wajib Membaca
Menurut Encon Rahman, penulis hebat adalah pembaca hebat. Karenanya,
membaca dan memulis ibarat sisi mata uang logam. Sulit dibedakan. Maka tak bisa
dipungkiri apabila muncul ungkapan, apa yang kit ambaca merupakan apa yang kita
tulis. Apa yang kita tulis berdasarkan apa yang kita baca. Dalam mendongkrak
tulisan, selain banyak membaca juga dapat dilakukan dengan bergabung pada
komunitas penulis. Komunitas penulis merupakan wahana kreatif sebagai upaya
meningkatkan stamina menulis. Stamina menulis kerap naik turun. Kondisi ini
bergantung pada situasi hati dan lingkungan sekitar.
Oleh karena itu, agar stamina menulis tetap fit dibutuhkan ibat. Obat
yang dimaksud berupa lingkungan yang kondusif, yakni adanya kebersamaan sesama
penulis. Interaktif antarpenulis diyakini merupakan strategi yang mujarab agar
menulis tidak mandul. Kenyataannnya, sering kali beberapa rekan penulis yang
sangat produktif tiba-tiba menjadi loyo dan tidak bergairah.
√ Jadikan keterampilan menulis bagian hidup
Jika menulis sudah merasuk ke dalam jiwa, maka ketika dalam satu hari
saja tidak menulis, hidup kita sepertinya ada yang kurang. Di sini penulis
tidak hanya menjadikan keterampilan menulis sebagai hobi saja, tetapi menulis
sudah menjadi makanan setiap hari. Penulis akan merasa lapar ketika ia tidak
produktif menulis.
√ Biasakanlah menulis setiap hari
Buatlah target menulis apa saja meskipun hanya satu paragraf atau satu
halaman. Kebiasaan ini akan mengantarkan Anda menjadi penulis yang produktif.
Kegiatan ini juga akan membantu untuk terus menulis, baik ada mood maupun
tidak.
√ Menjalin Silaturrahmi
Menjalin silaturrahmi dengan para
penulis yang sudah berpengalaman dalam dunia tulis menulis. Membangun jaringan
dengan penulis lain bisa memicu untuk terus produktif menulis. Seorang yang
baik amanlnya, pasti akan bisa bersilaturahmi dengan baik.
Menggapai cita-cita itu butuh kesabaran dan perjuangan. Begitu juga
belajar menulis yang juga membutuhkan latihan terus-menerus. Menulis adalah
keterampilan dan tidak dilahirkan begitu saja, tetapi ia dibentuk dengan proses
panjang melalui latihan.
Seseorang yang memiliki orang tua penulis, tidak mungkin ia menjadi
penulis jika tidak memiliki kemauan yang dibarengi dengan latihan. Intinya
profesi menulis tidak bisa diwariskan, ia hanya diraih dengan ketekunan dan
kerja keras.
Menulis ibarat belajar menyetir mobil yang membutuhkan praktik langsung.
Meskipun sudah membaca 10 buku panduan tentang cara menyetir mobil, jika tanpa
praktik, selamanya tidak akan pernah bisa menyetir.
Sama dengan belajar menulis, meskipun memborong semua buku panduan
menulis di toko buku, tak akan menjadi penulis. Jadi, untuk menjadi penulis,
syarat minimal yang harus dimiliki adalah kemauan keras dan praktik. Dengan dua
modal itu, yakinlah setiap orang pasti bisa menjadi penulis hebat. Kemauan yang
kuat akan mendorong seseorang untuk selalu memperkaya idenya dengan banyak
membaca buku dan kemudian dilanjutkan dengan praktik.
Untuk menulis buku yang dapat diterima penerbit. Kita bisa berkaca dari
buku-buku yang sudah ada. Kita berusaha membuat buku dengan tema yang menarik.
Sebenarnya untuk menjadi penulis tak harus memiliki bakat khusus, tetapi yang diperlukan
cukup memiliki kemauan untuk menulis dan memiliki logika bahasa.
Jangan lupa perbanyak baca buku. Dengan membaca, banyak yang kita
pelajari. Dari sebuah buku, sangat sering bisa memunculkan ide-ide menarik yang
sebelumnya tidak terpikirkan. Kita juga bisa belajar cara pemilihan diksi dan
membangun konflik. Itu semua adalah ilmu yang luar biasa. Karena kadang kita
tidak perlu memahami teori rumit . kita hanya perlu merasakannya saja. Jangan
pernah malas mencari ilmu di luar sana tentang dunia menulis kalau memang ingin menjadi seorang penulis.
Yang tak kalah penting adalah mental baja. Mustahil bisa menjadi penulis
andal kalau mudah menyerah. Karena penulis harus berhadapan dengan kritikan
dari editor atau pembaca, misalnya . belum lagi, penolakan naskah. Bahkan
setelah naskah disetujui pun kadang perjalanannya tidak selalu mulus. Menjadi
penulis mengharuskan melewati jalan berbatu. Tapi tidak perlu takut! Jika
benar0-benar mencintai dunia kepenulisan, semua akan baik-baik saja.
Dalam menjalani sebuah proses pasti ada yang namanya kendala. Tapi,
banyak cara mengatasi itu semua seperti banyak berbincang-bincang dengan
teman-teman penulis.
KRITIK DAN PUJIAN
Kritikan mengenai analisis kesalahan berbahasa pada buku “Menjadi Penulis yang Produktif di Media Massa” karya
Herman ini bisa kita lihat dari menempatan tanda titik (.) dan koma (,). Namun,
yang mendominasi adalah penggunaan tanda koma yang sering kali tak ada sehingga
penulisannya terkesan rancu. Misalnya saja penempatan kalimat “Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk
banyak banyak membaca”. Padahal yang bakunya “Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk banyak membaca”.
Gaya bahasa yang digunakan ada beberapa, penempatan kata ganti orang,
seringkali penulis menggunakan kata Saya,
kemudian di beberapa halaman selanjutnya akan berubah menjadi Anda, kemudian di halaman selanjutnya
ada kata Kita, dan Kami, yang membuat tulisan ini menjadi
tidak konsisten. Selain itu, ada beberapa bahkan sampai 2 lembar yang dobel
(rangkap dua), sehingga membingungkan pembaca, halamannya juga demikian, ada
beberapa halaman di awal buku yang sampai dua kali cetak, mungkin kesalahan
pada saat proses editing berlangsung,
sampai pada saat percetakannya. Menelisik judul bukunya “Menjadi Penulis yan Produktif
di Media Massa”, buku ini hanya sedikit membahasa tentang media massa, hanya
berkisar pada nama-nama surat kabar terkenal beserta alamat dan emailnya serta
cara mengirim naskah kepada penerbit melalu surel (surat elektronik). Padahal
bisa saja menambahkan bagaimana cara menulis di blog sehingga diminati,
bagaimana cara tulisan kita bisa diterima oleh surat kabar atau koran, apakah
dikirim langusng ke alamatnya, atau melalui e-mail saja.
Media massa ini di sini adalah
sesuatu yang luas, yan mencakup berbagai macam, seperti surat kabar atau koran
yang tersebar di Indonesia. Di era dewasa ini, koran bukan hanya dalam bentuk
yang sering kita lihat, tapi sudah ada koran atau surat kabar elektronik yang
bisa kita baca langsung di internet, dan semua orang bisa membacanya tanpa
harus memegang koran. Maka dari itu, dalam buku “Menjadi Penulis yan Produktif
di Media Massa” kesalahan berbahasanya masih terlihat dan belum menjelaskan
secara mendetail media massa yang dimaksudkan.
Pujian untuk buku ini mungkin lebih banyak dibandingkan kritikannya,
buku dengan halaman 136 ini berisi beberapa cara untuk menulis artikel bagi
pemula yang sangat bangus dan menyentil pembacanya untuk segera menulis. Berisi
kata-kata yang mudah dicerna dan tidak menimbulkan makna ambigu sehingga
pembaca dapat dengan mudah meresapi setiap kalimatnya.
Menjadi Penulis yan Produktif di Media Massa adalah hal yang
dicita-citakan banyak orang, karena yang kita ketahui, satu tulisan yang dimuat
di media massa, bisa meraup untung yang besar hingga ratusan ribu, apalagi
menjadi penulis buku yang royaltinya bisa mencapai puluhan juta. Menjadi
seorang penulis adalah pekerjaan yang tidak mengharuskan kita berpakaian rapi
dan bersopan santun, karena penulis adalah orang yang berkerja di balik layar,
dalam artian, menulis di depan komuter tidaklah memerlukan pakaian yang bagus dan
necis.
Buku yang luar biasa!
Membaca buku ini akan membuat kita tersadar bahwa setiap orang memiliki potensi
menjadi penulis. Buku ini makin apik dengan contoh opini dan resensi yang telah
dimuat di media cetak. Baca, renungkan, dan praktikkan- (H.M. Hari
Azhari, Wartawan Indo Pos)
Kalimat di atas sangatlah benar, buku ini berisi ragam motivasi yang
membuat kita menyadari bahwa menjadi penulis bukanlah sesuatu yang diturunkan,
tapi menulis adalah sesuatu yang dilatih, sama halnya berlatih membaca atau
berbicara. bakat memang anugerah, tapi kerja keras jauh lebih penting, inilah
yang menjadi tolak ukut Herman, selaku penulis buku “Menjadi Penulis yan
Produktif di Media Massa” untuk berbagi informasi dan pengalaman selaku penulis
yang produktif di media massa.
Herman menggunakan kata-kata yang apik dan ringan untuk setiap
penyampaiannya, di dalamnya banyak poin-poin yang membahas tentang dunia
kepenulisan seperti cara membuat artikel, cara menjadi penulis produktif,
hingga cara mengirim naskah ke penerbit.
Selain itu, Herman juga memberikan tema-tema surat kabar atau koran
terkenal untuk memudahkan kita agar naskah kita bisa dipertimbangkan apabila
mengirim naskah ke koran dengan tema yang sudah diangkat koran tersebut. Herman
yang memang seorang penulis lepas pada beberapa surat kabar terkenal, dengan
gamblang memberikan cara dan trik agar sebuah tulisan bisa diterima. Herman tak
hanya mengajarkan menuliskan artikel, tapi juga mengajarkan cara meresensi
buku.
Di dalam buku ini tak hanya berisi ilmu formal tentang kepenulisan, tapi
juga berisi khazanah agama, Herman mampu menggabungkan agama dengan dunia
kepenulisan yang memang sangat berkaitan. Menulis dan membaca adalah suatu hal
yang tak bisa dipisahkan, di mana di dalam Al Qur’an ada anjuran untuk membaca.
Setiap orang memiliki potensi, dalam sejarah tercatat bahwa kejayaan islam,
maju karena budaya literasi (baca-tulis). Bahkan wahyu pertama yang diterima
oleh Nabi Muhammad Saw adalah perintah membaca (Iqra’) dan menulis (al-qalam).
Seperti yang dikutip pada kalimat Pramoedya Ananta Toer bahwa,
menulislah. Selama engkau tidak menulis, maka engkau akan hilang dalam masyarakat
dan dari pusaran sejarah. Yang tak kalah menariknya, Herman menjadikan dosen
dan mahasiswa sebagai contoh konkret. Di mana mahasiswa semestinya sudah bisa
membuat suatu karya ilmiah, berangkat dari seringnya menulis makalah. Buku ini
bertujuan mampu menggugah semangat mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan
membaca dan menulis. Seorang penulis tidak menyerah jika naskahnya ditolak,
tapi terus memperbaiki dan memperbaiki agar naskah tersebut nantinya bisa
diterima.
Pembelajaran menulis seharusnya diberikan kepada semua jurusan, bukan
hanya kepada jurusan-jurusan tertentu seperti sastra dan komunikasi. Padahal
mahasiswa membutuhkan keterampilan tersebut. Itulah yang nantinya menggelitik
penulis untuk membudayakan gemar membaca sehingga semua orang layak menjadi
penulis. Keterampilan menulis merupakan jalan yang akan mengantarkan seseorang
mencapai derajat kemanusiaan yang sempurna. Setiap orang bisa menjadi penulis
dengan syarat ia mau berlatih secara sungguh-sungguh. Keterampilan ini tidak
mensyaratkan seseorang harus berpendidikan tinggi ataupun banyak uang. Satu hal
yang diperlukan dalam keterampilan menulis hanyalah niat yang kuat dan action
yang nyata. Itulah salah satu keuntungan menjadi penulis, maka dari itu, Herman
tertarik mengangkat judul ini.
Jika dicermati, kegiatan ini memiliki segudang manfaat baik bagi penulis
sendiri (Herman), lebih-lebih kepada pembaca. Tidak hanya kepuasan batin yang
diperoleh, tetapi juga dikenal publik dan dapat mempertebal kantong. Jadi tidak
salah jika banyak orang yang bercita-cita ingin menjadi penulis. Namun, banyak
orang yang tidak menyadari bahwa keterampilan menulis bisa menciptakan
pundi-pundi uang. Kemampuan menulis yang dibarengi dengan jiwa enterpreneur,
akan melahirkan penulis yang kaya raya. Penulis yang berjiwa enterpreneur
pandai melihat peluang dan memanfaatkannya untuk meraih untuh yang lebih besar
lagi.
Buku yang ditulis oleh Herman ini sangat menarik dibaca. Sebab di
dalamnya membahas cara membudayakan minat baca, mengupas secara tuntas
penulisan artikel dan resensi, tata cara mengirimkan karya tulis ke media
massa, serta dilengkapi alamat media cetak. Buku ini juga dilengkapi dengan
beberapa contoh karya penulis sendiri yang telah dimuat di media nasional baik
opini maupun resensi buku.
Kemudian, yang tak kalah menariknya karena dilengkapi dengan hasil
wawancara penulis dengan kolumnis, penulis buku, dan trainer penulisan. Dengan
demikian, pembaca akan termotivasi dan mudah memahami bagaimana memulai menulis
dan juga menerbitkannya.
Bagi penulis pemula, buku ini sangat penting untuk membangkitkan
motivasi membaca dan menulis yang selama ini tertidur, menuntun pembaca
memahami dasar-dasar kepenulisan dari nol, memandu pembaca menguasai teori dan
praktik menulis sekaligus. Sudah sepatutnyalah kita semua menyambut buku ini
sebagai salah satu khazanah intelektual.
1 komentar:
terimaksih infonya, dan jangan lupa kunjungi web kami http://bit.ly/2BNthKE
Posting Komentar