Pages

Selasa, 12 Mei 2015

RESENSI BUKU "MENJADI PENULIS PRODUKTIF, GAMPANG KOK"

Menjadi Penulis yang Produktif di Media Massa
Oleh : Herman
Kemampuan menulis adalah profesi yang diimpikan banyak orang. Keterampilan ini tidak membutuhkan banyak persyaratan, yang dibutuhkan hanyalah seseorang yang ingin menekuni dunia menulis hanyalah kemauan dan kerja keras. Menulis sama dengan keterampilan lain yang kesuksesannya ditentukan oleh kesungguhan dalam praktik. Semakin kita sering menulis, maka analisis kita juga akan semakin tajam dalam menyikapi pelbagai persoalan yang terjadi di lingkungan kita.
Selain itu, penulis harus doyan baca buku. Kenapa? Sebab tanpa membaca, penulis akan mengalami kekeringan bahasa. Membaca akan memudahkan penulis dalam menuangkan ide-idenya. Persoalan membaca memang sering menjadi problem setiap negara terutama Indonesia. Jangankan untuk usia sekolah dasar, tingkat mahasiswa dan dosen saja masih minim yang menjadikan budaya baca sebagai kebiasaan sehari-hari. Apalagi dengan majunya teknologi, mereka lebih suka ke warnet ketimbang membaca buku di perpustakaan.
Minimnya minat membaca juga berpengaruh terhadap keinginan mahasiswa atau dosen untuk menulis. Padahal menulis adalah pekerjaan yang seharusnya dilakoni oleh kaum intelektual seperti mahasiswa/dosen.
Suatu bangsa disebut maju jika tradisi membaca dan menulis di negara tersebut berkembang pesat. Budaya inilah yang akan membawa bangsa menjadi bangsa yang berperadaban tinggi. Umat islam mencapai puncak kemajuan di masa silam karena para ulama ketika itu mampu membungkus keilmuannya dengan tetap konsisten membaca dan menulis. Setiap orang memiliki potensi untuk menjadi penulis, dengan syarat Ia mau belajar dan tekun membaca. Membaca adalah modal utama menjadi seorang penulis. Mustahil seorang penulis bisa menyampaikan gagasannya jika Ia tidak membaca terlebih dahulu.  Allah telah menciptakan manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi. Untuk menjalankan tugasnya sebagai khalifah di muka  bumi, manusia harus memiliki ilmu pengetahuan yang cukup dan harus menjaga ilmu tersebut sebaik-baiknya. Salah satu cara terbaik untuk menjaga ilmu adalah dengan mengikatnya dengan tulisan.
Menulis memiliki arti penting dalam kehidupan umat manusia. Menulis dapat mendatangkan berkah bagi penulis itu sendiri, sungguh sangat mengagumkan, selain bermanfaat terhadap diri sendiri, menulis juga dapat mendatangkan manfaat bagi orang lain. Khotijah Kamsul dakam artikelnya “Strategi Pengembangan Minat dan Gemar Membaca” menjelaskan ada beberapa faktor yang menghambat peningkatan minat baca dalam masyarakat dewasa ini, yaitu;
1.      Langkanya keberadaan buku-buku anak yang menarik, terbitan dalam negeri.
2.      Semakin jarangnya bimbingan orang tua yang suka mendongeng sebelum tidur bagi anak-anak.
3.      Pengaruh televisi yang bukannya mendorong anak-anak untuk membaca, tetapi lebih betah menonton acara-acara televisi.
4.      Harga buku yang semakin tidak terjangkau oleh kebanyakan anggota masyarakat.
5.      Kurang tersedianya taman-taman bacaan yang gratis dengan koleksi buku yang lengkap dan menarik.
Dengan demikian, sebagai kaum intelektual, dosen dan mahasiswa harus mulai sadar akan pentingnya membaca dan menulis. Dengan menulis, mahasiswa bisa menyampaikan aspirasinya atau mengkritisi pelbagai permasalahan di negeri ini mulai dari masalah sosial, ekonomi, maupun politik. Dosen jangan hanya bisa menyuruh mahasiswanya menulis, tetapi juga harus memberikan teladan dengan menulis di media. Dengan begitu, mahasiswa menjadi termotivasi untuk mengembangkan budaya membaca dan menulis. Tugas membuat makalah dan artikel di kampus harus dijadikan proses pembelajaran bagi mahasiswa. Di samping itu, proses pembelajaran di kampus harus dapat mengarahkan kepada mahasiswa untuk rajin membaca buku dengan memanfaatkan referensi yang ada di perpustakaan atau belajar lainnya.
Menurut Suparno dan Muhammad Yunus (2007) ada beberapa manfaat dari keterampilan menulis, di antaranya untuk peningkatan kecerdasan, pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, menumbuhkan keberanian, pendorong kemauan, serta kemampuan mengumpulkan informasi.
Menulis juga merupakan alat untuk menyimpan berbagi ilmu yang kita baca yang nantinya bisa diakses dan dibaca oleh orang lain. Namun, tradisi telah mengalami kemunduran, karena era teknologi yang mendunia.
Membaca menduduki posisi penting dalam dunia penulisan. Untuk memperkuat argumentasi atau ingin meresensi buku, kegiatan membaca mutlak dilakukan. Membaca dapat memperkaya intelektual dan meningkatkan ketajaman analisis dalam menyikapi permasalahn yang terjadi. Orang yang gemar membaca ketika berdiskusi, pasti lebih menguasai materi yang dijadikan bahan diskusi serta lebih vokal dalam mengemukakan pendapatnya.misalnya mahasiswa yang melahap banyak buku pasti akan lebih aktif dan kritis dalam menanggapi penjelasan dosen. Lalu pertanyaannya adalah, bagaimana membangkitkan semangat membaca? Di bawah ini ada beberapa langkah-langkah agar budaya membaca benar-benar menjadi kebiasaan.
-          Menetukan tujuan membaca
Pembaca yang baik adalah pembaca yang tahu betul akan tujuan membaca. Membaca bukanlah hanya aktivitas mata saja, tapi melibatkan aktivitas pikiran dan hati. Jika seseorang membaca buku tanpa tujuan maka apa yang dibacanya hanya akan sedikit saja memberikan manfaat.
-          Membuat perencanaan dalam membaca
Untuk mencapai sebuah tujuan, seseorang butuh perencanaan yang matang. Kenapa butuh perencanaan? Sebab perencanaan ini akan memandu dan membantu kita mencapai apa yang kita inginkan. Begitu juga dengan membaca. Perencanaan membaca ini bisa dilakukan dengan membuat target harian, bulanan, atau tahunan.
-          Memulai dari yang paling Anda sukai
Agar semangat membaca tidak mudah luntur, sebaiknya bacalah buku-buku yang sesuai dengan kesukaan Anda. Misalnya saja novel, agar Anda bisa memahami bacaan tersebut.
-          Mengatur waktu
Waktu itu ibarat pedang. Jika tidak pandai mengatur waktu, maka Anda sendiri yang akan terhunus.
-          Mulailah secara bertahap
Alangkah baiknya kita membaca buku secara bertahap. Maka konsentrasi kita akan lebih fokus dan terarah dengan baik.
-          Manfaatkan sarana penunjang
Di zaman digital seperti ini, kita bisa memanfaatkan apapun yang ada di sekitar kita, seperti telepon genggam, perpustakaan, dll.
Jika kita membaca lowongan pekerjaan di media cetak (koran), maka kita akan menemukan beberapa syarat seperti pria/wanita max 25 tahun, min S1, menguasai ms word dan excel, pengalaman minimal 1 tahun, siap ditempatkan di luar kota, komunikatif, dan punya leadership. Berbeda jika Anda menjadi penulis. Anda tidak harus berpendidikan tinggi, usia Anda tidak dibatasi, tidak harus berpengalaman, dan Anda juga cukup bekerja di rumah. Yang dibutuhkan untuk menjadi penulis hanyalah kemauan. Dari kemauan itu Anda akan termotivasi untuk belajar dengan banyak membaca buku atau opini orang lain yang kemudian akan menggerakkan Anda untuk terus berlatih hingga akhirnya menjadi penulis yang profesional.
Asep Syamsul M. Romli dalam bukunya Lincah Menulis Panda Bicara mengatakan, modal paling fundamental (mendasar) yang harus dimiliki seorang (calon) penulis adalah rajin membaca alian menjadi “kutu buku”. Membaca akan memudahkan untuk menggapai impian menjadi penulis hebat. Singkatnya, yang menjadi masalah kenapa seseorang tidak bisa menulis bukan karena tidak memiliki kemauan dan kurangnya membaca.
Inilah yang dikatakan Andrias Harefa, bahwa salah satu soal mendasar mengapa sejumlah orang susah menulis bukanlah karena menulis itu sulit. Soalnya adalah mereka malas membaca. Sesungguhnya malas membaca itu penyakit manusia modern yang jiwanya primitif. Selain harus rajin membaca, modal yang harus dimiliki oleh seorang penulis adalah niat, tekad, serta etos kerja keras. Untuk mencapai tahapan ini diperlukan latihan terus-menerus tanpa mengenal putus asa. Berbagai pengalaman menyebutkan, banyak calon penulis gugur di tengah jalan hanya karena kurang tekun dan tidak ada semngat kerja keras. Padahal pengalaman dari sejumlah penulis yang kini telah berhasil menunjukkan bahwa mereka tidaklah meraih proses kepenulisannya dengan gampang. Untuk menjadi penulis profesional mereka tak pernah merasa puas dengan apa yang mereka peroleh.
Sebelum menjadi penulis terkenal, tidak sedikit penulis yang karyanya ditolak oleh penerbit atau redaktur koran. Ingatlah bahwa setiap orang memiliki kemampuan menulis dan menunjukkan sesuatu kepada orang lain. Kemampuan ini ibarat jin yang tersimpan di dalam boto Aladin dan botolnya tersumbat. Setiap orang perlu berupaya keras membebaskan sumbatan agar jin atau potensi itu melejit keluar. Jadi, menulislah!
Adapun tips-tips menjadi penulis, sebagai berikut.
1.      Selalu berpikir positif dan yakin bahwa suatu saat nanti bisa menjadi penulis hebat.
2.      Melahap banyak buku, dalam artian harus banyak membaca.
3.      Seimbangkan teori dan praktik.
4.      Jangan berhenti belajar, karena ilmu ada di mana-mana selama kita mau berusaha.
Adapun hal-hal yang bisa diperoleh dari menulis, di antaranya :
1.      Penunjang karir
Menekuni keterampilan menulis bisa membuat seseorang terkenal karena tulisannya, karena tulisan bisa dibaca oleh semua orang. Di samping itu, menulis juga dapat menunjang karier dan media untuk membangun citra diri. Nama kita dikenal oleh para akademisi, praktisi media massa cetak, redaktur, dan para editor penerbitan, sehingga akan membuka jalan untuk keberhasilan kita di masa-masa yang akan datang. Mendapat kepuasan
Mendapat kepuasan batin karena seorang penulis dapat menyalurkan gagasannya kepada masyarakat luas. Selain itu, penulis juga bisa memperolehpemasukan/honor dari tulisan-tulisan yang dimuat di media cetak baik lokal maupun nasional.
Dan khusus mahasiswa, biasanya mereka bisa mendapat honor tambahan dari kampus tempat ia belajar dengan catatan mahasiswa yang gemar menulis di media wajib mencantumkan nama fakultas dan nama kampusnya.
2.      Menulis itu menyehatkan
Menulis juga ternyata baik untuk kesehatan. Menulis dapat menjernihkan pikiran, menghilangkan trauma, membantu menyelesaikan masalah selain untuk mendapatkan dan menggali informasi-informasi baru, karena dengan menulis kita akan berpikir untuk menuliskan sesuatu yang baru, karena dengan menulis kita akan berpikir untuk menuliskan sesuatu yang baru, yang dapat menambah pengetahuan kita dan membuat orang tertarik membacanya. Dalam jurnal Clinical Pyschology, James Pennebaker, Ph.D dan Janet Seager, orang yang memiliki kebiasaan menulis akan memiliki kondisi mental yang lebih sehat dari mereka yang tidak memiliki kebiasaan menulis. Pikiran yang sehat tentunya akan memiliki kekuatan untuk memberi dampak positif pada tubuh kita secara positif.
3.      Mengasah ketajaman pikiran
Dengan menulis, seseorang dipaksa untuk berpikir secara baik, sistematis, dan efektif karena dengan tulisan, seseorang ingin dapat dipahami oleh orang lain, dalam hal ini tulisannya ingin dapat dimengerti oleh orang lain yang membacanya.
Keterampilan menulis merupakan jalan yang akan mengantarkan seseorang mencapai derajat kemanusiaan yang sempurna. Setiap orang bisa menjadi penulis dengan syarat ia mau berlatih secara sungguh-sungguh.
 Keterampilan ini tidak mensyaratkan seseorang harus berpendidikan tinggi ataupun banyak uang. Satu hal yang diperlukan dalam keterampilan menulis hanyalah niat yang kuat dan action. Di samping sebagai keterampilan, ternyata kegiatan menulis juga bisa dikembangkan menjadi berbagai macam usaha yang menggiurkan. Melihat pentingnya dunia penulisan, membuat seorang penulis yang berjiwa interpreneur bisa mengolah kemampuannya untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar lagi. Inilah yang disebut sebagai penulis yang berjiwa interpreneur. Mereka tidak sekedar menulis, tetapi mereka benar-benar memanfaatkan keterampilan ini sebagai usaha yang menadatangkan banyak materi. Banyak sekali penulis-penulis yang bergelimang harta hanya karena keterampilan menulisnya, seperti J.K Rowling, Darwis Tere Liye, Asma Nadia, hingga Raditya Dika.
Menjadi penulis yang berjiwa enterpreneur memang sangat menggiurkan sebagai penyemangat agar kita berkarya tanpa kenal lelah. Keterampilan menulis di sini bukan hanya dijadikan sebagai hobi, tetapi sudah berubah menjadi usaha yang mendatangkan banyak keuntungan. Inilah yang disebut sebagai writepreneurship. M. Eko Purwanto dalam writepreneurship, Ulama, dan Umara (2009) mengatakan writepreneurship dibentuk dari dua kata bahasa asing, yaitu writer yang berarti penulis. Enterpreneurship, wirausahan atau pengusaha. Jadi writepreneurship adalah seseorang yang memilih kegiatan menulis sebagai usaha.
Para penulis yang memiliki jiwa enterpreneur akan menciptakan pekerjaannya sendiri tanpa harus menunggu lowongan kerja, apalagi di tengah persaingan yang semakin hari kian ketat. Karenanya, profesi menulis bisa dijadikan alternatif agar kantong kita tidak terus mengering dan menulis bisa dilakukan oleh siapa dan di mana saja serta tanpa dibatasi usia.
Namun, untuk menjadi penulis yang berjiwa enterpreneur butuh waktu dan proses yang panjang. Sebab, di samping memiliki kemampuan tulis-menulis, seorang penulis juga dituntut memiliki kemampuan berbisnis. Writerpreneur adalah pengusaha kreatif di bidang kepenulisan. Mereka mampu membaca peluang bagaimana karya tulisnya bisa dijadikan komoditas yang bisa dikonsumsi para pembaca.
Keinginan untuk menjadi penulis di media massa, baik cetak maupun elektronik sangat didambakan oleh banyak orang. Menjadi penulis di media massa sangatlah mudah asalkan ada kemauan dan mau belajar tanpa henti. Jika membaca koran, pasti kita akan menemukan satu rubrik artikel/opini yang merupakan wadah buat para pembaca atau pengamat untuk menuangkan gagasannya dalam menyikapi pelbagai persoalan, baik masalah politik, sosial, hukum, budaya, maupun ekonomi. Misalnya, kompas setiap hari bisa memuat artikel/opini hingga empat judul artikel dengan tema yang berbeda.
Mudrajad Kuncoro (2009) mendefinisikan artikel sebagai tulisan yang menekankan pada pendapat seorang penulis atau suatu data, fakta, dan kejadian berdasarkan analisis subjektif penulis sendiri. Biasanya artikel diterbitkan oleh media cetak setiap hari kecuali minggu. Artikel ini tidak terlalu panjang, berkisar antara 4.000-7.000 karakter dan biasanya tiap koran memiliki kriteria masing-masing terkait masalah jumlah kata atau karakter. Jumlah karakter artikel di koran dan majalah berbeda, sedangkan artikel untuk jurnal ilmiah biasanya lebih panjang, yaitu antara 15-25 halaman.
Menurut Totok Djuroto dan Bambang Suprijadi (2013) memaparkan, tulisan artikel di media biasanya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1.      Tulisan harus orisinil, belum pernah dimuat di media lain.
2.      Bersifat aktual dan faktual
3.      Mengandung ilmiah populer
4.      Mengandung gagasan sentral yang jelas, bukan sekadar pernyataan-pernyataan lepas.
5.      Utamakan gagasan sendiri.
6.      Tidak mengandung sesuatu yang dapat menyinggung atau menghina salah satu suku, agama, ras, dan golongan (SARA).
7.      Tidak mengandung hal-hal yang dapat dikategorikan menghina pejabat negara, pemerintah maupun kepala negara.
8.      Secara eksplisit maupun implisit tidak mengandung paham ideologi yang dilarang pemerintah, atau bertentangan dengan Pancasila.
9.      Tidak melanggar kesusilaan.
10.  Bukan merupakan trial by the press.
Belajar menulis sama dengan belajar keterampilan lainnya yang keberhasilannya sangat ditentukan oleh intensitas berlatih. Sehebat apapun pengetahuan kita tentang teori menulis, kalau tidak pernah mencoba menulis, tidak akan pernah bisa. Memang tidak gampang menjadi penulis hebat. Kita harus banyak berlatih tanpa henti dan banyak bertanya kepada penulis yang sudah berpengalaman. Adapun panduan bagi penulis pemula sebagai berikut:
1.      Menemukan ide. Menggali ide merupakan tahap awal yang harus dilakukan sebelum menulis artikel. Banyak cara untuk menemukan ide, misalnya dengan membaca buku, majalah, koran, menonton TV, mendengarkan radio, dan melalui diskusi.
2.      Mengembangkan ide melalui bahan-bahan bacaan. Untuk mendukung ide/tema tulisan, penulis membutuhkan referensi sebagai penguat ide yang ditulis. Referensi itu merupakan pendapa tokoh/pengamat yang telah dimuat dalam buku, majalah, atau koran. Dan jangan lupa menuliskan sumber referensi yang telah dikutip.
3.      Membuat outline tulisan. Setelah menemukan ide dan bahan bacaan, yang perlu dilakukan adalah membuat outline. Outline adalah kerangka karangan untuk memudahkan penulis agar fokus pada tema yang sedang dibahas dan pembahasannya tidak ke mana-mana.
4.      First draft atau penulisan awal. Di bagian ini bisa menuliskan ide dengan bahasa bebas. Tulislah semua gagasan Anda tanpa melakukan pengeditan.
5.      Rewriting atau penulisan ulang naskah. Di sini dituntut untuk menulis ulang dengan dengan cara membaca dari awal hingga akhir. Langkah ini penting agar tulisan menjadi sinkron/nyambung dengan tema yang diangkat dan antara paragraf yang satu dengan yang lainnya memiliki keterikatan.
6.      Editing. Pengeditan ini penting untuk menilai apakah tulisan layak atau tidak untuk dimuat di media cetak atau online. Editing merupakan proses terakhir yang sangat menentukan. Dengan melakukan pengeditan berulang-ulang, tulisan akan semakin bagus dan enak dibaca. Jika memiliki kesulitan atau tidak terbiasa mengedit, bisa minta bantuan kepada dosen, guru, dan teman yang sudah berpengalaman dalam dunia tulis menulis.
Bersyukurlah orang yang gemar membaca buku karena dengan hobinya itu ia akan memiliki wawasan luas dan menjadi lebih bijak dalam menghadapi problem kehidupan. Namun, bagi sebagian orang kebiasaan ini belum seberapa. Ada sebagian orang yang ingin berbuat lebih dan ingin membagi apa yang selama ini ia dapatkan dari bacaannya. Orang seperti ini ingin menyampaikan ilmu yang ia peroleh dari kebiasaan membaca buku. Cara yang paling untuk menyampaikan informasi kepada orang lain itu adalah dengan meresensi buku.
Resensi adalah memaparkan kelebihan atau kekurangan sebuah buku yng baru terbit agar pembaca memperoleh informasi tentang buku tersebut dan tertarik untuk membacanya.
Meresensi buku bisa dilakukan oleh siapa saja, baik pengamat, akademisi, mahasiswa, dan bahkan mereka yang tidak berpendidikan sekalipun bisa meresensi buku. Dalam melakukan resensi buku, peresensi buku memiliki tujuan utama, iyaitu memberikan penilaian terhadap isi sebuah buku.
Tulisan dibuat untuk dibaca, ketika tulisan rampung dan sudah mengalami tahap editing berkali-kali. Tiba saatnya untuk mengirimkan ke media massa. Ada banyak cara mengirimkan opini/resensi buku ke media, seperti melalui email dan pos.
Namun, seiring perkembangan teknologi pengiriman akan lebih mudah menggunakan email. Sebelum Anda mengirimkan tulisan ke media ada beberapa hal yang perlu dilakukan.
Pertama, mengedit ulang. Jika perlu, mintalah pendapat kepada orang yang sudah biasa menulis di media. Mungkin judul Anda kurang menarik atau paragraf satu dengan yang lain kirang nyambung.
Kedua, jangan lupa lampirkan di file attachment opini, scan KTP/Identitas lain, biodata diri, foto diri, alamat lengkap, nomor rekening, dan nomor telepon.
Ketiga, mengetahui  berbagai tema tulisan setiap koran. Cara ini penting agar tidak kesulitan dalam mengirimkan karya. Dengan mengetahui tema-tema di koran, maka akan memudahkan dalam menulis, mengirimkan tulisan, dan juga akan memudahkan tulisan untuk dimuat. Untuk mengetahui tema-tema tersebut, sering-seringlah membaca koran dengan cara membeli koran, membaca di perpustakaan yang menyediakan berbagai jenis koran dan juga bisa pinjam ke teman.
Keempat, sebelum mengirimkan tulisan ke media, harus juga mengetahui berapa panjang kata/karakter tulisan yang sesuai dengan koran tersebut. Karena antara koran yang satu dengan yang lainnya pasti berbeda. Jika kalian suka membaca koran, lihatlah tulisan di samping kanan atau di bawah rubrik oponi. Di sana biasanya tertulis beberapa syarat terkait dengan berapa panjang kata/karakter artikel/resensi.
Jika kita bisa melakukan tahapan seperti  di atas, maka yakinlah tulisan Anda pasti dimuat dan kemungkinan ditolak sangatlah kecil. Ingat, jangan kirim artikel /resensi ke lebih dari satu media dengan satu judul. Kirimkan satu judul tulisan ke satu media saja. Terakhir jangan mudah putus asa ketika tulisan belum dimuat, teruslah belajar dan cobalah tanpa henti. Dengan begitu, akan diketahui apa kelemahan dan kekurangan yang membuat tulisan tersebut belum dimuat. Jangan menyerah, teruslah menulis!.
Cara paling mudah mengirim opini ke media adalah dengan surat elektronik (surel). Jadi, sebelum mengirimkan artikel, penulis harus memiliki daftar alamat surel media massa baik nasional maupun lokal. Sementara langkah-langkahnya seperti di bawah ini.
-          Jika mengirim opini melalui surel, jangan lupa melampirkan file di attachment (lampiran) dalam bentuk MS Word, jangan sekali-kali menulis di tubuh Surel.
-          Di subjek surel, tuliskan judul artikel, misalnya, subjek; OPINI (judul artikel tulis di sini).
Setelah itu tinggal tunggu hasil pemuatan artikel yang telah dikirim. Biasanya pemuatan antara 1-2 minggu. Jika dalam waktu 2 mingguan tidak dimuat, maka tulisan tersebut belum mendapatkan tempat di media tersebut. Jadi, penulis bisa menyempurnakan dan mengirimkannya ke media lain. Tapi, sebelum artikel dikirim ke media lain, alangkah baiknya dilakukan pengeditan ulang seperti pengubahan judul, subjudul, atau argumentasinya lebih dipertajam sehingga media lain tidak kuasa menolak artikel tersebut.
Bakat memang dibutuhkan untuk memudahkan dalam menulis, tetapi bukan hal yang mutlak. Setiap orang dapat menjadi penulis asal mempunyai kemauan yang keras dan tidak menyerah untuk terus belajar. Di samping harus terus belajar, penulis juga harus doyan membaca buku. Membaca memang merupakan hal yang wajib bagi penulis, karena dengan membaca, kita akan mendapatkan banyak referensi dan bahan untuk menulis. Jika tulisannya berupa cerpen, puisi, atau novel, mungkin membaca (terutama buku) bukan suatu yang sangat diperlukan karena semua itu mengandalkan imajinasi dan kemampuan untuk menuangkan imajinasi ke dalam kata. Namun utnuk buku yang berupa pengetahuan, membaca merupakan hal yang mutlak karena itu merupakan sumber bahan tulisan. Tetapi selama penulis mampu menulis dengan baik dan berkualitas serta dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan dan moral, maka tidak masalah kalau dia malas untuk membaca. Alternatif lain adalah dengan metode skimming (membaca apa yang dibutuhkan).
Membaca juga akan membantu penulis untuk menemukan ide baru. Karena sebelum menulis, seseorang membutuhkan ide. Untuk menulis buku yang dapat diterima penerbit, kita bisa berkaca dari buku-buku yang sudah ada. Semua hal butuh proses, termasuk dalam menulis. Penolakan dari satu penerbit bukan merupakan bukti bahwa naskah kita jelek, kita bisa mengirimkannya ke penerbit lain yang sesuai. Intinya, kita harus menikmati semua proses, termasuk penolakan dan jangan menyerah hingga apa yang diinginkan dapat tercapai.
Dari 100%, bakat hanya 5%, 20% kemauan, dan sisanya 75% adalah latihan. Jadi tidak ada penulis yang dilahirkan, tetapi penulis itu dibentuk oleh latihan yang terus menerus. Untuk menjadi penulis, kita tidak harus sekolah menulis. Bahkan menulis itu tidak membutuhkan bakat khusus. Karena, kunci utama dari menulis itu adalah rasa percaya diri. Dan rasa percaya diri itu tidak akan tumbuh jika kita tidak menjadi pembaca yang baik, karena seorang penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Kebiasaan membaca akan membuat kita memiliki kekayaan bahasa. Dengan kekayaan bahasa, seseorang tidak akan minder untuk memulai menjadi penulis.
Motivasi itu juga perlu dijaga. Layaknya membangun monumen. Proses yang terus menerus untuk menghasilkan monumen terbaik menjadi yang terus membakar untuk menulis dan menulis. Agar proses itu terus berjalan, maka bahan-bahan yang dibutuhkan harus tersedia. Bahan untuk menulis adalah isi pikiran yang mengkristal dari pembacaan kita terhadap semua teks, baik teks alam raya (kauniyah) maupun teks-teks lainnya.
Modal dasar menulis adalah kemauan kuat untuk menulis. Kemauan yang kuat akan mendorongnya untuk membaca, menelaah, meneliti, mengkritisi fenomena, dan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Karena itu, untuk level mahasiswa dengan kemampuan analisanya dan keharusan membaca banyak referensi dan membuat makalah, maka tradisi kepenulisan seharusnya tumbuh subur.
Manfaat utama menulis adalah berbagi dan memberi kesempatan orang lain membaca pemikiran kita kapan dan di manapun. Kita bisa berbagi pengetahuan kita, syukur-syukur memberi manfaat bagi pembacanya. Sebuah kebahagiaan yang tak ternilai apabila para pembaca tulisan kita mendapakan pengetahuan atau manfaat. Jadi, menulis merupakan amal jariah dari ilmu yang kita punya.
Menulis memiliki banyak manfaat. Bahkan hadirnya tulisan sudah membuat perubahan-perubahan besar dalam perjalanan sejarahumat manusia. Dengan manfaat itu, banyak orang yang menjadi penulis produktif  karena dengan produktif menulis, kita bisa berbagi ilmu. Semakin dikenal publik, dan pundi-pundi uangh akan terus mengalir. Jadi, bagaiman menjadi penulis yang produktif? Inilah tips-tips yang semoga bisa membangkitkan semangat untuk terus menulis.
Wajib Membaca
Menurut Encon Rahman, penulis hebat adalah pembaca hebat. Karenanya, membaca dan memulis ibarat sisi mata uang logam. Sulit dibedakan. Maka tak bisa dipungkiri apabila muncul ungkapan, apa yang kit ambaca merupakan apa yang kita tulis. Apa yang kita tulis berdasarkan apa yang kita baca. Dalam mendongkrak tulisan, selain banyak membaca juga dapat dilakukan dengan bergabung pada komunitas penulis. Komunitas penulis merupakan wahana kreatif sebagai upaya meningkatkan stamina menulis. Stamina menulis kerap naik turun. Kondisi ini bergantung pada situasi hati dan lingkungan sekitar.
Oleh karena itu, agar stamina menulis tetap fit dibutuhkan ibat. Obat yang dimaksud berupa lingkungan yang kondusif, yakni adanya kebersamaan sesama penulis. Interaktif antarpenulis diyakini merupakan strategi yang mujarab agar menulis tidak mandul. Kenyataannnya, sering kali beberapa rekan penulis yang sangat produktif tiba-tiba menjadi loyo dan tidak bergairah.
            Jadikan keterampilan menulis bagian hidup
Jika menulis sudah merasuk ke dalam jiwa, maka ketika dalam satu hari saja tidak menulis, hidup kita sepertinya ada yang kurang. Di sini penulis tidak hanya menjadikan keterampilan menulis sebagai hobi saja, tetapi menulis sudah menjadi makanan setiap hari. Penulis akan merasa lapar ketika ia tidak produktif menulis.
            Biasakanlah menulis setiap hari
Buatlah target menulis apa saja meskipun hanya satu paragraf atau satu halaman. Kebiasaan ini akan mengantarkan Anda menjadi penulis yang produktif. Kegiatan ini juga akan membantu untuk terus menulis, baik ada mood maupun tidak.
Menjalin Silaturrahmi
            Menjalin silaturrahmi dengan para penulis yang sudah berpengalaman dalam dunia tulis menulis. Membangun jaringan dengan penulis lain bisa memicu untuk terus produktif menulis. Seorang yang baik amanlnya, pasti akan bisa bersilaturahmi dengan baik.
Menggapai cita-cita itu butuh kesabaran dan perjuangan. Begitu juga belajar menulis yang juga membutuhkan latihan terus-menerus. Menulis adalah keterampilan dan tidak dilahirkan begitu saja, tetapi ia dibentuk dengan proses panjang melalui latihan.
Seseorang yang memiliki orang tua penulis, tidak mungkin ia menjadi penulis jika tidak memiliki kemauan yang dibarengi dengan latihan. Intinya profesi menulis tidak bisa diwariskan, ia hanya diraih dengan ketekunan dan kerja keras.
Menulis ibarat belajar menyetir mobil yang membutuhkan praktik langsung. Meskipun sudah membaca 10 buku panduan tentang cara menyetir mobil, jika tanpa praktik, selamanya tidak akan pernah bisa menyetir.
Sama dengan belajar menulis, meskipun memborong semua buku panduan menulis di toko buku, tak akan menjadi penulis. Jadi, untuk menjadi penulis, syarat minimal yang harus dimiliki adalah kemauan keras dan praktik. Dengan dua modal itu, yakinlah setiap orang pasti bisa menjadi penulis hebat. Kemauan yang kuat akan mendorong seseorang untuk selalu memperkaya idenya dengan banyak membaca buku dan kemudian dilanjutkan dengan praktik.
Untuk menulis buku yang dapat diterima penerbit. Kita bisa berkaca dari buku-buku yang sudah ada. Kita berusaha membuat buku dengan tema yang menarik. Sebenarnya untuk menjadi penulis tak harus memiliki bakat khusus, tetapi yang diperlukan cukup memiliki kemauan untuk menulis dan memiliki logika bahasa.
Jangan lupa perbanyak baca buku. Dengan membaca, banyak yang kita pelajari. Dari sebuah buku, sangat sering bisa memunculkan ide-ide menarik yang sebelumnya tidak terpikirkan. Kita juga bisa belajar cara pemilihan diksi dan membangun konflik. Itu semua adalah ilmu yang luar biasa. Karena kadang kita tidak perlu memahami teori rumit . kita hanya perlu merasakannya saja. Jangan pernah malas mencari ilmu di luar sana tentang dunia menulis  kalau memang ingin menjadi seorang penulis.
Yang tak kalah penting adalah mental baja. Mustahil bisa menjadi penulis andal kalau mudah menyerah. Karena penulis harus berhadapan dengan kritikan dari editor atau pembaca, misalnya . belum lagi, penolakan naskah. Bahkan setelah naskah disetujui pun kadang perjalanannya tidak selalu mulus. Menjadi penulis mengharuskan melewati jalan berbatu. Tapi tidak perlu takut! Jika benar0-benar mencintai dunia kepenulisan, semua akan baik-baik saja.
Dalam menjalani sebuah proses pasti ada yang namanya kendala. Tapi, banyak cara mengatasi itu semua seperti banyak berbincang-bincang dengan teman-teman penulis.


KRITIK DAN PUJIAN
Kritikan  mengenai analisis kesalahan berbahasa pada buku “Menjadi Penulis yang Produktif di Media Massa” karya Herman ini bisa kita lihat dari menempatan tanda titik (.) dan koma (,). Namun, yang mendominasi adalah penggunaan tanda koma yang sering kali tak ada sehingga penulisannya terkesan rancu. Misalnya saja penempatan kalimat “Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk banyak banyak membaca”. Padahal yang bakunya “Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk banyak membaca”.
Gaya bahasa yang digunakan ada beberapa, penempatan kata ganti orang, seringkali penulis menggunakan kata Saya, kemudian di beberapa halaman selanjutnya akan berubah menjadi Anda, kemudian di halaman selanjutnya ada kata Kita, dan Kami, yang membuat tulisan ini menjadi tidak konsisten. Selain itu, ada beberapa bahkan sampai 2 lembar yang dobel (rangkap dua), sehingga membingungkan pembaca, halamannya juga demikian, ada beberapa halaman di awal buku yang sampai dua kali cetak, mungkin kesalahan pada saat proses editing berlangsung, sampai pada saat percetakannya. Menelisik judul bukunya “Menjadi Penulis yan Produktif di Media Massa”, buku ini hanya sedikit membahasa tentang media massa, hanya berkisar pada nama-nama surat kabar terkenal beserta alamat dan emailnya serta cara mengirim naskah kepada penerbit melalu surel (surat elektronik). Padahal bisa saja menambahkan bagaimana cara menulis di blog sehingga diminati, bagaimana cara tulisan kita bisa diterima oleh surat kabar atau koran, apakah dikirim langusng ke alamatnya, atau melalui e-mail saja.
 Media massa ini di sini adalah sesuatu yang luas, yan mencakup berbagai macam, seperti surat kabar atau koran yang tersebar di Indonesia. Di era dewasa ini, koran bukan hanya dalam bentuk yang sering kita lihat, tapi sudah ada koran atau surat kabar elektronik yang bisa kita baca langsung di internet, dan semua orang bisa membacanya tanpa harus memegang koran. Maka dari itu, dalam buku “Menjadi Penulis yan Produktif di Media Massa” kesalahan berbahasanya masih terlihat dan belum menjelaskan secara mendetail media massa yang dimaksudkan.
Pujian untuk buku ini mungkin lebih banyak dibandingkan kritikannya, buku dengan halaman 136 ini berisi beberapa cara untuk menulis artikel bagi pemula yang sangat bangus dan menyentil pembacanya untuk segera menulis. Berisi kata-kata yang mudah dicerna dan tidak menimbulkan makna ambigu sehingga pembaca dapat dengan mudah meresapi setiap kalimatnya.
Menjadi Penulis yan Produktif di Media Massa adalah hal yang dicita-citakan banyak orang, karena yang kita ketahui, satu tulisan yang dimuat di media massa, bisa meraup untung yang besar hingga ratusan ribu, apalagi menjadi penulis buku yang royaltinya bisa mencapai puluhan juta. Menjadi seorang penulis adalah pekerjaan yang tidak mengharuskan kita berpakaian rapi dan bersopan santun, karena penulis adalah orang yang berkerja di balik layar, dalam artian, menulis di depan komuter tidaklah memerlukan pakaian yang bagus dan necis.
Buku yang luar biasa! Membaca buku ini akan membuat kita tersadar bahwa setiap orang memiliki potensi menjadi penulis. Buku ini makin apik dengan contoh opini dan resensi yang telah dimuat di media cetak. Baca, renungkan, dan praktikkan- (H.M. Hari Azhari, Wartawan Indo Pos)
Kalimat di atas sangatlah benar, buku ini berisi ragam motivasi yang membuat kita menyadari bahwa menjadi penulis bukanlah sesuatu yang diturunkan, tapi menulis adalah sesuatu yang dilatih, sama halnya berlatih membaca atau berbicara. bakat memang anugerah, tapi kerja keras jauh lebih penting, inilah yang menjadi tolak ukut Herman, selaku penulis buku “Menjadi Penulis yan Produktif di Media Massa” untuk berbagi informasi dan pengalaman selaku penulis yang produktif di media massa.
Herman menggunakan kata-kata yang apik dan ringan untuk setiap penyampaiannya, di dalamnya banyak poin-poin yang membahas tentang dunia kepenulisan seperti cara membuat artikel, cara menjadi penulis produktif, hingga cara mengirim naskah ke penerbit.
Selain itu, Herman juga memberikan tema-tema surat kabar atau koran terkenal untuk memudahkan kita agar naskah kita bisa dipertimbangkan apabila mengirim naskah ke koran dengan tema yang sudah diangkat koran tersebut. Herman yang memang seorang penulis lepas pada beberapa surat kabar terkenal, dengan gamblang memberikan cara dan trik agar sebuah tulisan bisa diterima. Herman tak hanya mengajarkan menuliskan artikel, tapi juga mengajarkan cara meresensi buku.
Di dalam buku ini tak hanya berisi ilmu formal tentang kepenulisan, tapi juga berisi khazanah agama, Herman mampu menggabungkan agama dengan dunia kepenulisan yang memang sangat berkaitan. Menulis dan membaca adalah suatu hal yang tak bisa dipisahkan, di mana di dalam Al Qur’an ada anjuran untuk membaca. Setiap orang memiliki potensi, dalam sejarah tercatat bahwa kejayaan islam, maju karena budaya literasi (baca-tulis). Bahkan wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw adalah perintah membaca (Iqra’) dan menulis (al-qalam).
Seperti yang dikutip pada kalimat Pramoedya Ananta Toer bahwa, menulislah. Selama engkau tidak menulis, maka engkau akan hilang dalam masyarakat dan dari pusaran sejarah. Yang tak kalah menariknya, Herman menjadikan dosen dan mahasiswa sebagai contoh konkret. Di mana mahasiswa semestinya sudah bisa membuat suatu karya ilmiah, berangkat dari seringnya menulis makalah. Buku ini bertujuan mampu menggugah semangat mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan membaca dan menulis. Seorang penulis tidak menyerah jika naskahnya ditolak, tapi terus memperbaiki dan memperbaiki agar naskah tersebut nantinya bisa diterima.
Pembelajaran menulis seharusnya diberikan kepada semua jurusan, bukan hanya kepada jurusan-jurusan tertentu seperti sastra dan komunikasi. Padahal mahasiswa membutuhkan keterampilan tersebut. Itulah yang nantinya menggelitik penulis untuk membudayakan gemar membaca sehingga semua orang layak menjadi penulis. Keterampilan menulis merupakan jalan yang akan mengantarkan seseorang mencapai derajat kemanusiaan yang sempurna. Setiap orang bisa menjadi penulis dengan syarat ia mau berlatih secara sungguh-sungguh. Keterampilan ini tidak mensyaratkan seseorang harus berpendidikan tinggi ataupun banyak uang. Satu hal yang diperlukan dalam keterampilan menulis hanyalah niat yang kuat dan action yang nyata. Itulah salah satu keuntungan menjadi penulis, maka dari itu, Herman tertarik mengangkat judul ini.
Jika dicermati, kegiatan ini memiliki segudang manfaat baik bagi penulis sendiri (Herman), lebih-lebih kepada pembaca. Tidak hanya kepuasan batin yang diperoleh, tetapi juga dikenal publik dan dapat mempertebal kantong. Jadi tidak salah jika banyak orang yang bercita-cita ingin menjadi penulis. Namun, banyak orang yang tidak menyadari bahwa keterampilan menulis bisa menciptakan pundi-pundi uang. Kemampuan menulis yang dibarengi dengan jiwa enterpreneur, akan melahirkan penulis yang kaya raya. Penulis yang berjiwa enterpreneur pandai melihat peluang dan memanfaatkannya untuk meraih untuh yang lebih besar lagi.
Buku yang ditulis oleh Herman ini sangat menarik dibaca. Sebab di dalamnya membahas cara membudayakan minat baca, mengupas secara tuntas penulisan artikel dan resensi, tata cara mengirimkan karya tulis ke media massa, serta dilengkapi alamat media cetak. Buku ini juga dilengkapi dengan beberapa contoh karya penulis sendiri yang telah dimuat di media nasional baik opini maupun resensi buku.
Kemudian, yang tak kalah menariknya karena dilengkapi dengan hasil wawancara penulis dengan kolumnis, penulis buku, dan trainer penulisan. Dengan demikian, pembaca akan termotivasi dan mudah memahami bagaimana memulai menulis dan juga menerbitkannya.
Bagi penulis pemula, buku ini sangat penting untuk membangkitkan motivasi membaca dan menulis yang selama ini tertidur, menuntun pembaca memahami dasar-dasar kepenulisan dari nol, memandu pembaca menguasai teori dan praktik menulis sekaligus. Sudah sepatutnyalah kita semua menyambut buku ini sebagai salah satu khazanah intelektual.


1 komentar:

Unknown mengatakan...

terimaksih infonya, dan jangan lupa kunjungi web kami http://bit.ly/2BNthKE

Posting Komentar

 

(c)2009 AFIAH. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger