Pages

Rabu, 18 Maret 2015

CATATAN LANGIT MERAH

Mari kita terjerembap di sini, di antara lelahnya langit dengan birunya hingga ingin tertidur dalam balutan jingga.
Tenang.. Aku tak akan mengganggu, karena aku juga ingin terlelap menatapnya. Layaknya Ayah yang menatap putri kecilnya tidur dalam senyum.
Mungkin aku masih terjerembap di sini..
Satu jam lagi mungkin.
 Karena kau tahu aku sangat suka memandangnya, layaknya Ibu yang memandang putrinya mengenakan baju pengantin, antara senang dan tak rela berpisah.
Ah.. Tiba-tiba saja hujan turun, rintik namun menjerit senang. Tapi antara langit dan hujan memberiku pelajaran. Hujan saja bisa beriringan, mengapa kita semua tidak? Kini, aku mengibaratkannya tulang rusuk laki-laki yang bertemu jodohnya sang wanita yang sedang dalam pelukan. Pas dan serasi.
Catatan langit merah masih terus menggema. Antara jingga dan merah memang hampir sama, tapi buahnya beda. Tapi aku mencintai keduanya, layaknya Aku mencintaimu. Tak berjeda.

Makassar, 19 Maret 2015

19:14 Wita.

Selasa, 10 Maret 2015

SEIKAT MAAF UNTUK IBU

SEIKAT MAAF UNTUK IBU
Dia masih tersenyum seperti biasa. Masih hangat dan menenangkan layaknya malaikat. Dia masih memarahiku dan adiku-adikku, bahkan menangis jika kesalahan anak-anaknya sudah sangat melukainya.
Mungkin hanya maaf yang bisa kuucap untuk dirinya yang selalu ada buatku, maaf pernah membuatmu terluka, bahkan luka fisik yang masih membekas sampai sekarang. Aku tak ingat secara pasti bagaimana caranya aku yang sekecil itu bisa membuatmu terluka seperti itu, tapi aku tetap merasa bersalah walaupun kau tak pernah memarahiku atau mengungkit-ungkit semuanya yang membuatmu terluka bahkan sampai berbulan-bulan lamanya.
Waktu kecil, Aku tinggal di rumah nenek yang kebetulan pada waktu itu listrik belum ada, jadi setiap malam kami hanya ditemani oleh cahaya remang-remang sebuah pelita. Ibu sedang sibuk-sibuknya menulis, entah apa yang beliau tulis. Sedangkan Aku bermain, tapi yang namanya bayi selalu bosan terhadap sesuatu yang sudah sering kali mereka lihat. Kami berkumpul di ruang tengah, ibu yang sedang sibuk dan Aku yang sedang bermain ditemani nenek yang tiduran di sebelahku, Ayahku sedang tugas kerja di luar daerah. Aku yang masih balita sedang ingin menyusu dengan polosnya mendekati beliau dan menarik kain sarung yang dipakainya, pada saat itu Ibu hanya berkalung sarung untuk menutupi tubuhnya. Merasa tak dipedulikan dan pada dasarnya sedari kecil Aku memang anak yang keras kepala jadi dengan nekatnya memanjat kursi dan naik di atas meja. Nenek mungkin tak menyadari hal tersebut karena terlihat beliau yang terlelap dalam tidurnya.
Saking sibuknya sampai ibu tak memedulikanku atau menggendongku untuk lekas pergi dari meja agar tak mengganggu pekerjaannya, saat itu Aku bermain-main diatas meja tepat bersebelahan dengan pelita yang dipakai ibu sebagai penerangannya untuk menulis. Tak disangka-sangka sebelumnya, Aku menyenggol pelita tersebut hingga jatuh pas dipangkuan ibu, refleks minyak tanah yang ada dalam wadah tumpah dan api menjilat-jilat tubuh beliau. Ibu berteriak panik dan kepanasan. Sedangkan nenek dengan sigap menggendongku yang sudah menangis ketakutan, insting anak melihat ibunya berteriak histeris. Ibu semakin berteriak kepanasan dan kesakitan dan tangisku pun makin menjadi-jadi.
Aku tak ingat lagi apa kejadian setelahnya, yang Aku ingat pada keesokan harinya ibu telah berada di rumah sakit didampingi ayah yang duduk di samping beliau, seluruh tubuh beliau dibalut perban. Mungkin 80% tubuh Ibu terbakar. Aku yang belum tahu apa-apa hanya bisa menangis di pangkuan nenek. Aku telah membuat kesalahan besar. Merusak tubuh mulus beliau dan menjadikannya melepuh dan kehitaman, selain itu rambutnya habis terbakar oleh api.  Tapi satu yang masih bisa Aku syukuri, beliau masih ada sampai sekarang. Masih setia menemani dalam tiap langkah anak-anaknya, masih sering memarahi anak-anaknya, masih tersenyum dan tertawa melihat tingkah anak-anaknya yang kadang menggelitik perut, masih mencari nafkah untuk anak-anaknya, masih bersabar melihat anak-anaknya yang nakal dan keras kepala, masih mendoakan anak dan keluarga di setiap doanya, dan selalu menangis jika melihat dan membayangkan kembali kelakuan anak-anaknya yang membuat hatinya sakit.
Rasa perih dalam hati, dan rasa bersalahku makin bertambah saat orang lain menceritakan hal tersebut kepadaku. Seakan menyalahkan. Tapi ibu seperti meyembunyikan hal tersebut, tak pernah mengungkit-ungkitnya dan tak pernah menyalahkanku atas peristiwa itu, beliau sungguh berhati malaikat. Aku juga baru tahu lama setelah kejadian itu berlangsung bahwa pada saat kejadian nahas itu, Ibu sedang mengandung adikku yang kedua, tapi alhamdulillah adikku lahir dengan selamat.
Ibu… maafkan  anakmu yang penuh dosa ini, kalau bisa jujur Aku merasa sangat bersalah atas kejadian tersebut dan membuat kulit ibu tak bisa normal lagi seperti dulu dan tak akan pernah melupakan peristiwa tersebut seumur hidup. Aku tidak mau dicap anak yang telah membakar Ibunya. Aku memang anak yang keras kepala dan sering kali membuat ibu menangis tapi ketahuilah Aku sangat mencintai ibu.
Mungkin saat ini Aku masih anak yang keras kepala dan kadang kala melawanmu, tapi ketahuilah di dasar hatiku yang paling dalam tersimpan harapan besar untuk melawan itu semua, dan kelak kau akan tersenyum melihatku seperti apa yang engkau inginkan. Semoga.




Kamis, 05 Maret 2015

WO-MAN

Wanita itu harus kuat, jangan lembek dan harus mandiri. Karena, tidak ada kodratnya sel telur yang mengejar sperma, yang ada sperma yang berjuang sekuat tenaga mengejar sel telur. Saya tidak ingin merendahkan kaum lelaki, tapi terkadang saya bisa bilang, perjuangan kalian hanya menggebu-gebu di awal dan redup di penghujung. Berbeda dengan kami yang lebih mementingkan hati daripada logika, maaf jika kami sering menangis didepanmu, maaf jika kami lembek dan manja, maaf jika kami menyusahkanmu.
Wanita itu makhluk yang sangat lembut, boleh saja di luar ia terlihat ceria, tapi tidak kau lihat dalamnya, betapa banyak yang ia pendam dan redamkan untuk kebaikan semua orang, karena tidak semua orang bisa mengerti akan maunya.
Maaf karena kami para wanita adalah makhluk kepastian, maaf jika kami para wanita kadang banyak tanya. Asal kalian tahu wahai lelaki, kami berjuang untuk apa yang memang patut kami perjuangkan. Jika seorang perempuan mati-matian memperjuangkan hubungannya, jangan heran karena kami adalah kaum yang bisa saja berubah menjadi tegas dan strong untuk sebuah hubungan yang menurut kami matang. Karena.. sebagian wanita yang pemikirannya sudah menginjak dewasa, akan mempertahankan hubungannya, akan susah lepas dengan orang yang menurutnya sudah nyaman untuk dia. Sangat susah bagi kami untuk kembali membangun hubungan baru dengan orang baru, kebiasaan baru, dan suasana yang baru.
Saya selalu bangga dan iri dengan wanita yang kuat dan selalu berjuang untuk sesuatu yang memang patut untuk diperjuangkan. Mungkin tak ada orang apalagi wanita yang tak pernah patah hati, berani memulai hubungan artinya siap patah hati atau sakit hati. Ahh.. saya tiba-tiba merindukan bapak, satu-satunya laki-laki yang mungkin tak akan pernah mematahkan hati putrinya, laki-laki yang apabila anak gadisnya menikah, akan merasa kehilangan yang sebesar-besarnya. Maaf bapak, saya belum bisa membahagiakan bapak sekarang ini, tapi saya janji nanti.. saya akan membahagiakan bapak dan ibu, kalian akan tersenyum bangga terhadapku. Bapak tenang saja, In Shaa Allah anakmu ini akan menemukan pendamping hidup yang nantinya akan membahagiakan anakmu ini. Ahh.. bahkan untuk menulis inipun saya sampai menangis dan gemetaran. Intinya.. saya sedang berusaha jadi wanita yang baik, karena sesuai janji Allah, wanita baik akan medapatkan pria yang baik pula. Believe it :].


Minggu, 01 Maret 2015

DEAR, MY FUTURE HUSBAND

Dear My Future Husband :
            Hey kamu yang nantinya akan menjadi teman hidupku, teman Bully, sekaligus teman jalanku. Maaf bila nantinya Aku akan sering merepotkanmu, sering tiba-tiba nangis tidak jelas bahkan untuk hal sepele sekalipun. Jauh di lubuk hatiku yang paling dalam aku selalu berdoa untuk kita berdua. Maaf kalau aku cerewet, sikapku kadang abstrak, dan terkadang anti sosial, tapi aku akan cepat beradaptasi dengan lingkunganmu walaupun sulit :) 
            Mungkin aku akan sering marah-marah jika kamu tak mandi dalam sehari, sering melempar handuk sembarangan, sering lupa ganti baju, sering lupa mengabariku, tapi percayalah di balik kemarahanku aku hanya ingin melihat kamu menjadi lebih daripada sebelumnya. Hey.. walaupun aku suka marah, tapi tenang…. Cukup belikan saya jalangkote atau makanan bisanya saya akan langsung luluh :D
Aku tak melarangmu kerja atau memiliki hobby yang kau sukai, tapi aku mau semuanya kau lupakan saat kau sudah di rumah. Pekerjaan hanya di luar rumah. Aku mau nantinya kamu punya waktu khusus untukku untuk sekedar duduk bersisian untuk bercerita dan tertawa bersama tanpa hp atau kegiatan yang mendesak, Aku tak meminta banyak waktumu, dari 24 jam, aku hanya minta 2 jam untuk benar-benar total duduk didekatku. Aku juga mau nantinya setiap salat kau yang imamkan, tak perlu setiap hari dan setiap salatku kamu ada, cukup subuh dan magrib kalau kamu tidak sempat yang lainnya.
            Maaf karena aku semi-vegetarian, pemilih makanan, tidak makan durian, dan tidak suka bau soto ayam, tapi jika nantinya kamu minta dimasakkan, aku bersedia belajar dan memasakkan apapun yang kamu mau, walaupun aku tak suka bukan berarti aku akan menelantarkanmu dan makan di luar.
            Dear my future husband… aku juga mau nantinya kamu akan menemanikau berkeliling dan melihat senja yang indah. Aku sangat menyukai senja, jadi aku harap kamu bisa menemaniku mencari senja dan kita akan mengabadikan setiap momen yang ada. Aku tak peduli kalau kau juga akan menyukai senja atau tidak, yang penting kamu bisa disampingku saat aku menikmati dan mengagumi jingganya yang hangat. Bukankah lebih indah melihat langit dalam keadaan jingga? Ahh.. rasanya menenangkan.
            Aku juga nantinya akan bekerja, aku tak ingin hanya tinggal di rumah. Tapi tenang saja, aku tak akan melupakan kodratku sebagai istri dan ibu bagi anak anak kita kelak, jadi aku siap menjadi wonder women setiap harinya hanya untuk menyetrikakan bajumu, mengelap sepatumu, bahkan menyiapkan segala sesuatunya. Itu akan menjadi hal yang menyenangkan menurutku.
            Aku banyak mau, tapi alhamdulillah aku tidak banyak gaya, jadi tenang saja.. aku akan membeli apa yang menjadi kesenanganku dengan uangku sendiri, dan tak perlu menunggu hari ulang tahunmu untuk mendapatkan yang kamu mau, kalau aku bisa mengabulkannya, in sha Allah besoknya barang itu akan langsung ada di rumah kita. Aku mau nantinya rumah kita ada ruang bawah tanahnya, aku akan menyimpan semua kenangan kita berdua di sana, mungkin kau pelupa atau bahkan aku sendiri, maka dari itu aku mau setiap kenangan kita harus ada penandanya. 
            Aku mungkin akan sering menyuruhmu olahraga, tapi yaknlah semua itu untuk kebaikanmu sendiri, aku mungkin juga akan cerewet bila kamu bersin dan tak menutup mulutmu, karena aku orang peduli kesehatan walaupun kesehatanku sendiri kadang terbengkalai -_-
            Dear my future husband, kapan kita bertemu? Saling bersua dalam tawa, saling menatap dalam senang, dan saling berbagi dalam apapun. Entah sekarang kau membaca ini sebelum ataupun sesudah kita menikah kelak, percayalah.. aku benar-benar menginginkan kamu baik-baik saja.

AFIAH
Makassar, 19:00 WITA





 

(c)2009 AFIAH. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger