Pages

Senin, 19 September 2016

METAFORA JATUH HATI


Orang bilang jatuh cinta hanya mengajarkan kita dua makna. Bersemi atau patah. Bersemi pada waktunya akan bersemi, di musim-musim tertentu yang banyak menggugurkan daun-daun yang jatuh tapi menenangkan. patah jika rantingnya sudah tak kuat lagi untuk menopang, akan jatuh pasrah tanpa perlawanan. Semesta hanya menyaksikan, tanpa perlu mencampuri yang tak semestinya.
Aku pernah sebegitu cintanya kepada seseorang, menyisakan senyum jika mengingat wajahnya, terlena oleh semua yang berhubungan dengannya. Aku begitu berbunga-bunga layaknya bunga di musim semi. Suatu siang, kami saling bertukar kabar di sosial media, tak ada pembicaraan berarti, hanya basa-basi yang selalu membuatku tak bisa melepas senyum. Aku baru tahu efek jatuh cinta ternyata sedahsyat ini, membuat perutku digelitiki ribuan kupu-kupu. Aku benar-benar terlena hingga lupa bahwa cinta bukan hanya tentang bahagia.
Kami menjalani hari-hari yang menurut kami bahagia, terlena satu sama lain. Selalu merasa dunia milik berdua dan kadang egois sendiri untuk kepentingan orang lain. Cinta begitu ajaib dan menghempas di satu sisi. Kalau ditanya aku mencintanya atau tidak, jawabannya sudah pasti iya. Ahhh… aku jatuh cinta.
Aku tak kenal apa itu dusta, aku juga belum mengenal kehilangan, aku begitu awam untuk semua hal yang bersifat “patah” sampai akhirnya hal itupun tiba. Aku yang sudah di awang-awang akhirnya terhempas sendiri. mereka-reka sendiri bagaimana akhirnya. Sekarang aku paham apa itu dusta dan apa itu patah. aku akhirnya akrab dengan keduanya.
Selama ini yang aku tahu aku satu-satunya tanpa mau peduli bahwa banyak orang ain di luar sana yang lebih. Aku terlalu terlena dengan kisah klasik yang kami bangun tanpa mau tahu bahwa dia benar-benar tulus atau tidak, aku terlalu terpaku dengan kebahagiaanku sendiri.
Aku patah. terhempas. Orang bilang patah hati itu membuat rongga dadamu kosong melompong, aku bisa merasakannya. Patah saat rantingmu tak lagi mampu untuk menahan beratmu, jatuh, dan semesta hanya bisa mengaminkan setiap doa yang mengalir dari tenggorokanmu. Cintaku tak lagi dipilih. Aku hanya sisa-sisa perasaan yang sempat tertinggal di rongga dadamu yang paling luar, gampang untuk kau buang. Karena aku hanya sisa-sisa kemunafikan yang terlena oleh rasamu yang sesaat. Selamat tinggal. Aku menyesal.




 AFIAH

0 komentar:

Posting Komentar

 

(c)2009 AFIAH. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger