Orang bilang jatuh
cinta hanya mengajarkan kita dua makna. Bersemi atau patah. Bersemi pada
waktunya akan bersemi, di musim-musim tertentu yang banyak menggugurkan daun-daun
yang jatuh tapi menenangkan. patah jika rantingnya sudah tak kuat lagi untuk
menopang, akan jatuh pasrah tanpa perlawanan. Semesta hanya menyaksikan, tanpa
perlu mencampuri yang tak semestinya.
Aku pernah sebegitu
cintanya kepada seseorang, menyisakan senyum jika mengingat wajahnya, terlena
oleh semua yang berhubungan dengannya. Aku begitu berbunga-bunga layaknya bunga
di musim semi. Suatu siang, kami saling bertukar kabar di sosial media, tak ada
pembicaraan berarti, hanya basa-basi yang selalu membuatku tak bisa melepas
senyum. Aku baru tahu efek jatuh cinta ternyata sedahsyat ini, membuat perutku
digelitiki ribuan kupu-kupu. Aku benar-benar terlena hingga lupa bahwa cinta
bukan hanya tentang bahagia.
Kami menjalani
hari-hari yang menurut kami bahagia, terlena satu sama lain. Selalu merasa dunia
milik berdua dan kadang egois sendiri untuk kepentingan orang lain. Cinta begitu
ajaib dan menghempas di satu sisi. Kalau ditanya aku mencintanya atau tidak,
jawabannya sudah pasti iya. Ahhh… aku jatuh cinta.
Aku tak kenal apa itu dusta,
aku juga belum mengenal kehilangan, aku begitu awam untuk semua hal yang
bersifat “patah” sampai akhirnya hal itupun tiba. Aku yang sudah di awang-awang
akhirnya terhempas sendiri. mereka-reka sendiri bagaimana akhirnya. Sekarang
aku paham apa itu dusta dan apa itu patah. aku akhirnya akrab dengan keduanya.
Selama ini yang aku
tahu aku satu-satunya tanpa mau peduli bahwa banyak orang ain di luar sana yang
lebih. Aku terlalu terlena dengan kisah klasik yang kami bangun tanpa mau tahu
bahwa dia benar-benar tulus atau tidak, aku terlalu terpaku dengan
kebahagiaanku sendiri.
Aku patah. terhempas.
Orang bilang patah hati itu membuat rongga dadamu kosong melompong, aku bisa
merasakannya. Patah saat rantingmu tak lagi mampu untuk menahan beratmu, jatuh,
dan semesta hanya bisa mengaminkan setiap doa yang mengalir dari tenggorokanmu.
Cintaku tak lagi dipilih. Aku hanya sisa-sisa perasaan yang sempat tertinggal
di rongga dadamu yang paling luar, gampang untuk kau buang. Karena aku hanya
sisa-sisa kemunafikan yang terlena oleh rasamu yang sesaat. Selamat tinggal.
Aku menyesal.
AFIAH
0 komentar:
Posting Komentar