BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pasca gelombang reformasi yang identik dengan
informasi keterbukaan, transparansi, tak heran apa pun itu, segala “tetek
bengek” permasalahan yang melanda kehidupan masyarakat akan dibuka, dengan
sendirinya atau pun terpaksa. Khususnya di Indonesia ini. Nyaris tak ada
ditutup-tutupi.
Di dunia ”keperempuanan” hal ini menjadi semacam bentuk
perjuangan untuk bebas dari kesenjangan gender yang sudah lama membungkam
suara-suara nurani mereka. Salah satunya adalah Djenar Maesa Ayu. Penulis yang
mengambil tema-tema kontroversial, mengambil ranah “seksual” yang ingin membuka
pandangan sebagian masyarakat bahwa seks itu tabu untuk dibicarakan.
Dalam kumpulan cerpen “Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)”,
Djenar menyajikan sebuah dunia yang dipenuhi karakter manusia yang terluka,
termarginalkan oleh norma masyarakat, dan pengkhianatan. Aroma yang menyajikan
bahwa hidup itu indah, seperti siklus manusia bahagia—lahir, remaja, dewasa,
bekerja, menikah, bahagia punya anak kemudian meninggal segera ditampik
jauh-jauh dalam kumpulan cerpen ini. Meminjam istilah Seno Gumira Ajidarma,
yang mengungkapkan cerita dengan sarkasme, yaitu menvisualisasikan hal yang
membuat bergidik, tabu, menakutkan, kesakitan dengan hal yang biasa seolah hal
itu sudah biasa terjadi. Hal itu dicoba digambarkan oleh Djenar Maesa Ayu
dengan “nyentrik”—berani mendobrak pintu-pintu terlarang di ranah seksual
dengan vulgar, apa adanya.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka
dengan demikian dirumuskan permasalahan dalam analisis ini sebagai berikut:
1. Bagaimana
Gaya Penulisan Djenar Mahesa Ayu dalam Antologi cerpen “Jangan Main-main
(dengan Kelaminmu)?
2. Bagaimana
Pandangan Masyarakat Luas dengan Karya-karya Djenar Mahesa Ayu dalam Antologi
Puisi Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)?
3. Bagaimana
Dampak Psikologi Pembaca Antologi Cerpen
“Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) Karya Djenar Mahesa Ayu?
C.
Tujuan
Masalah
1. Untuk
Mengetahui Gaya Penulisan Djenar Mahesa Ayu dalam Antologi cerpen “Jangan
Main-main (dengan Kelaminmu)
2. Untuk
Mengetahui Pandangan Masyarakat Luas dengan Karya-karya Djenar Mahesa Ayu dalam
Antologi Puisi Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)
3. Untuk
Mengetahui Dampak Psikologi Pembaca Antologi
Cerpen “Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) Karya Djenar Mahesa Ayu
D.
Manfaat
Penelitian
1.
Bagi Peneliti
Manfaat bagi peneliti mengenai gaya penulisan Djenar
Mahesa Ayu dalam antalogi cerpennya yang
berjudul “Jangan Main-main (dengan Kelaminmu)” yaitu gaya penulisan yang
vulgar, akan tetapi pengolahan
eksplorasi antara metafora, simbol dan ekspresif betul-betul tersajikan
dalam menggambarkan setting maupun karakter tokohnya. Hal itulah yang
menimbulkan sensasi dan kesan yang mudah dicerna dan mudah terserap bagi yang
membacanya. Djenar juga menggunakan campur aduk antara bahasa formal
konvensional pada beberapa cerpennya dan bahasa populer yang ringan di beberapa
cerpennya.
2.
Bagi Masyarakat
Antologi cerpen Jangan Main-main (dengan Kelaminmu)
memberi pemahaman bahwa dalam penulisan dunia sastra penulis bebas
mengekspresikan imajinasinya dengan goresan pena yang menghasilkan karya
walaupun tidak semua kalangan dapat menerimanya. Selain itu masyarakat juga
dapat memetik pelajaran dari karya-karya Djenar yang membuka kebaruan dalam teknik
bercerita secara lugas tanpa basa-basi di dalam cerpen.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Sinopsis
Antologi Cerpen “Jangan Main-Main (Dengan Kelaminmu)”
Jangan Main-Main (Dengan Kelaminmu) adalah kumpulan cerita
pendek yang
menyinggung hal tak biasa.
Jangan Main-Main dengan buku ini. . .
Buku ini tidak memiliki gigi, ia tentu tak bisa
menggigit.
Buku ini tidak memiliki bisa, tentunya tak ada racun
didalamnya.
Buku ini hanyalah mengangkat isu yang sangat tidak biasa.
Topik-topik yang membuat kedua alisku menyatu, membuatku tak
berhenti menyerngit.
Kumcer yang paling menarik
perhatianku adalah Menyusu Ayah. Ada pepatah berkata,"Tak ada rotan, akar
pun jadi." Dalam cerita Menyusu Ayah, tak ada air susu ibu, air mani ayah
pun jadi. Tak usah dibayangkan, hanya mengucapkannya pun aku sudah mual. Well,
sekali lagi aku camkan, Jangan Main-Main dengan buku ini, juga dengan
kelaminmu, tentunya.
Jangan Main-Main dengan kelaminmu karena
itu bukanlah sebuah mainan. Yah, walaupun banyak pria maupun wanita yang sering
tidak peduli dan justru menjadikannya sebagai alat permainan mereka. Tak peduli
apakah mereka sudah menikah, masih lajang, ataupun masih dibawah umur. Tentunya
mereka semua memiliki tujuan yang berbeda-beda.
"Jaman sekarang laki-laki
lebih takut bikin bunting perempuan ketimbang kena penyakit!"
Dengan personifikasi, benda-benda mati
seolah bernyawa dan dapat berbicara. Jika semua dinding, meja, cermin, dll bisa
berbicara, mungkin akan banyak pria beristri/wanita bersuami yang ketahuan
tidak setia. Apa yang salah dengan para pria dan wanita tersebut? Mereka miskin moral. Buku ini cukup mengungkap
fakta yang terkubur oleh gemerlapnya dunia.
Kita tahu,
Kita tidak tahu,
Kita tahu tapi
tidak mau tahu.
Kita tidak tahu dan tidak mau tahu.
B.
Analisis
Gaya Penulisan Antologi cerpen “Jangan Main-main (dengan Kelaminmu)”
Dari penamaan
judulnya saja, sudah berbau vulgar, seks, tubuh telanjang, hal ini teringat
dalam esainya Damhuri Muhammad yang berjudul “Tarekat Ketubuhan” versi Djenar
Maesa Ayu yang menjelaskan duduk permasalahan tema utama yang ditulis Djenar
dalam cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)” dan “Menyusu Ayah” sebagai
gaya baru Djenar dalam mengekspresikan “jalan” bagi ketubuhan. Maksudnya
tema-tema tersebut adalah suatu bentuk perlawanan Djenar terhadap upaya
hegemoni pengekangan seksualitas wanita yang selama ini dianggap tabu untuk
dibicarakan di masyarakat umum.
Oleh sebab itu Damhuri, menganggap proses tarekat bukan
hanya dikenal di kalangan sufi-sufi saja, namun tarekat yang berarti jalan
adalah sebuah proses perjalanan yang ditempuh seseorang untuk menuju sesuatu,
dalam konteks ini, tarekat ketubuhan yang membuka selebar-lebarnya pengungkapan
tubuh telanjang ini—bahkan vulgar merupakan upaya jalan ketubuhan dalam
perlawanan terhadap ketidakadilan terhadap nasib tubuh wanita itu sendiri.
Tokoh-tokoh dalam cerpen Djenar kali ini, nyaris semuanya
“antipenyelamat”, mereka tidak butuh pahlawan kesiangan yang menolong dikala
mereka menangis, jatuh, dikucilkan, dan dikhianati, namun mereka berusaha
tegar, berdiri sendiri dari lingkungan yang brutal yang sudah menvonis mereka
“penyakit masyarakat”. Namun jangan mengira mereka mengeluh, mengharap iba dan
simpati kita—sebagai pembaca, karena mereka berusaha melawan dan
menciptakan ruang kebahagiannya sendiri. Tentu saja dengan cara dan
pemikiran tokoh-tokoh dalam cerpen tersebut.
Dari konteks bahasa yang dipakai Djenar, penuturan yang kita
temukan di beberapa cerpen seperti “Stacco” dan “Saya di Mata Sebagain Orang”
yang cenderung singkat, padat namun diulang-ulang, namun menciptakan sudut
pandang penceritanya yang berbeda.
Hal itu membuka kebaruan dalam teknik bercerita secara
lugas tanpa basa-basi di dalam cerpen. Hal itu mungkin saja Djenar terinspirasi
dari Sutardji Calzoum Bachri, yang memasukkan pengulangan-pengulangan dalam
sajaknya, semisal: sajak tragedi Winka. Dari bentuknya yang unik, dan
diulang-ulang seperti merapal mantra, sajak Sutardji juga berkesan jika dibaca
secara berulang seperti membentuk irama dan makna. Begitu juga cerpen-serpen
Djenar tersebut, memberi kesan penegasan kembali apa yang mau disampaikan
tokoh-tokoh cerpennya.
Pengolahan eksplorasi antara metafora, simbol dan
ekspresif betul-betul tersajikan dalam menggambarkan setting maupun karakter
tokohnya. Hal itulah yang menimbulkan sensasi dan kesan yang mudah dicerna dan
mudah terserap bagi yang membacanya. Djenar juga menggunakan campur aduk antara
bahasa formal konvensional pada beberapa cerpennya dan bahasa populer yang
ringan di beberapa cerpennya. Hal yang berbeda dari cerpen-cerpen sebelumnya
dari Djenar adalah teknik pemformatan font huruf yang pada buku ini kurang
nyaman untuk ukuran cerpen. Hal itu untuk bahan pertimbangan pihak editorial
dan lay out buku ini selanjutnya.
Format timenewsroman lebih menarik dan nyaman untuk dibaca baik cerpen maupun
novel.
Namun terlepas hal teknis, dari segi kepenulisan Djenar
dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu). memberikan warna kualitas
original tersendiri dari penulis wanita Indonesia lainnya. Hal itulah yang
membuat Djenar tidak hanya berani memukau dalam tema-tema kontroversial seperti
“Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)” dan “Menyusu Ayah” namun juga berani
menghadirkan semangat kebaruan dalam khazanah sastra Indonesia kini.
Djenar
sendiri,memang tidak jarang dalam menulis setiap
karyanya, selalu disertai kontroversi. Dia tak segan memasukan sejumlah
tema-tema krusial seksualitas berikut idiom dan frasanya, seperti hubungan tak
lazim dalam dunia seks, dan sejumlah tema pemberontakan perempuan yang selama
ini masih jarang dijamah penulis lain. Karya-karya Djenar memang banyak
mendobrak hal tabu dan tak jarang dinilai vulgar. Namun di sisi lain banyak
yang menilai karyanya mencerahkan. Oleh karena itu, relistis merupakan unsur
penting dalam menyikapi berbagai hal, terutama jika tujuan penyikapannya
bernilai positif. Kerealistisan disini juga berfungsi untuk membuka pesan baru,
mencerahkan, dan mungkin bisa mengganti pandangan lama terhadap penyikapan
kepada sesuatu hal yang dianggap tabu.
Dipilihnya cerpen Jangan main-main(dengan
kelaminmu) yang ditulis oleh Djenar Maesa Ayu bukan tanpa
pertimbangan atau alasan, sebab cerpen ini memiliki
keistimewaan dibandingkan dengan cerpen yang ditulis
pengarang-pengarang yang lain. Keistimewaannya terletak pada nilai-nilai
yang terkandung di dalam pengungkapan ceritanya yang sarkas. Hal ini pula yang
menjadi titik tolak dalam mengkritik karya Djenar.
Titik pandang yang diambil
dalam melakukan kritik terhadapcerpen Jangan
main-main(dengan kelaminmu) ini adalah kerealistisan terhadap
norma atau nilai-nilainya yang khas. Norma atau nilai yang khas di sini dapat
dilihat dari pengungkapan atau pengisahan ceritanya yang tercermin dari bahasa
yang digunakan. Berikut contoh penggalan ceritanya:
Awalnya memang urusan
kelamin. Pada suatu hari, ia terbangun dan terperanjat di sisi seonggok daging
yang tak lagi segar. Ah... saya tak sampai hati menyampaikan apa yang
diutarakannya pada saya. Tak pantas menyamakan seorang istri dengan seonggok
daging, apalagi daging yang tak segar. Bahkan ia mengatakan senam kebugaran tak
akan menyelamatkan istrinya dari serbuan lemak. Hanya sedot lemak yang dapat
menyelamatkan, katanya....
Jika kita lebih bijaksana dalam
menilai sesuatu tentunya kita akan menilai sebuah karya dari berbagai sudut
pandang, tidak melihat dari satu sisi saja. Bukankah
hidup manusia itu terdiri atas berbagai macam frame?. Begitu pun karya sastra, yang tidak
bisa dinilai dari satu sisi saja. Jika bahasa djenar itu vulgar, bagai saya itu
hanya gaya seseorang saja dalam menyampaikan gagasannya.Dalam
kumpulan cerpen Jangan Main-Main dengan Kelaminmu, Djenar
menggambarkan sebuah dunia yang dipenuhi dengan orang-orang yang sakit, dunia
orang-orang yang terluka, terasingkan, dan terkhianati. Dalam
kumpulan cerpen ini kita dapat menyimpulkan bahwa di dunia yang jahat
ini tidak ada pijakan yang kokoh untuk dijadikan pegangan hidup.
BAB
III
METODE PENELITIAN
Sugiyono menjelaskan bahwa metode
penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid,
dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan,
suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk
memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. Metode
penelitian ini meliputi (A) Jenis Penelitian, (B) Metode Penelitian, (C) Sumber
data membaca buku, (D) Teknik Pengumpulan Data (E) Analisis Data.
A.
Jenis
Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini
adalah jenis penelitian perpustakaan atau dokumenter. Penelitian kualitatif
adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis. Proses dan makan (perspektif subjek) lebih ditonjolkan
dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar
focus penelitian sesuai dengan fakta. Selain itu, landasan teori juga
bermanfaat untuk memeberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebgaai
bahan pembahasan hasil penelitian (Wikipedia). Pada penelitian kualitatif tidak
bisa diperoleh atau diukur menggunakan prosedur-prosedur statistik. Penelitian
kualitatif sering digunakan sebagai penelitian tentang kehidupan suatu
masyarakat. Data yang dihasilkan pada penelitian kualitatif adalah data yang
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau ucapan pelaku yang sedang diamati.
B.
Metode
Penelitian
Metode
penelitian yang dipakai yakni metode analisis deskriptif. Metode analisis
deskriptif merupakan metode penelitian yang biasanya digunakan dalam
menganalisis novel, cerpen, atau puisi. Tujuan dari penelitian deskriptif ini
adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis,
faktual, dan akura menegnai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar
fenomena yang diselidiki.
Metode
deskriptif juga ingin memperlajari norma-norma atau standar-standar, sehingga
penelitian deskriptif ini juga disebut survey
normative. Dalam metode deskriptif dapat diteliti masalah normatif bersama- sama dengan masalah status sekaligus
membuat perbandingan-perbandingan antar fenomena. Studi demikian dinamakan
secara umum sebagai studi atau penelitian deskriptif.
C.
Sumber
Data
Sumber data yang digunakan bersumber dari Antologi
cerpen”Jangan Main-Main (Dengan Kelaminmu)” karya Djenar Mahesa Ayu.
D.
Teknik
Pengumpulan Data
Analisis data dalam Karya Tulis Ilmiah ini
dengan cara membaca antologi cerpen yang berkaitan atau menunjang dalam
pembuatan karya ilmiah sehingga bisa juga menggunakan teknik dokumen. Teknik
dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik
berupa sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa
sumber tertulis, film, gambar dan karya-karya monumental.
Data dalam penelitian kualitatif juga bisa
diperoleh dari non human resource, diantaranya
dokumen, foto, dan bahan statistik. Ada beberapa keuntungan dari penggunaan
studi dokumen dalam penelitian kualitatif, seperti yang dikemukakan Nasution
(2003:85); a) bahan dokumenter itu telah ada, telah bersedia, dan siap pakai;
b) penggunaan bahan ini tidak meminta biaya, hanya memerlukan waktu untuk
mempelajarinya; c) banyak yang dapat ditimba pengetahuan dari bahan itu bila
dianalisis secara cermat, yang berguna bagi penelitian yang dijalaankan; d)
dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian; e)
dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data; dan f)
merupakan bahan utama dalam penelitian historis.
E.
Analisis
Data
Analisis data
dalam Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan analisis data kualitatif. Adapun
tujuan analisis data kualitatif adalah mencari makna dibalik data yang melalui
pengakuan subjek pelakunya. Analisis data kualitatif dilakukan secara induktif,
yaitu penelitian kualitatif tidak dimulai dari fakta empiris. meskipun analisis
kualitatif ini tidak menggunakan teori secara pasti sebagaimana kuantitatif,
akan tetapi keabsahan dan kevalidan temuannya juga diakui sejauh peneliti masih
menggunakan kaidah-kaidah penelitian.
Menurut Lexy J.
Moleong, proses analisis data kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh data
yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah
dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar foto
dan sebagainya. Setelah ditelaah, langkah selanjutnya adalah reduksi data,
penyusunan satuan, kategorisasi dan yang terakhir adalah penafsiran data.
Analisis data
kualitatif biasanya digunakan untuk karya tulis ilmiah yang mengkaji novel atau
karya sastra, seperti karya ilmiah yang penulis ingin teliti antologi cerpen “Jangan
Main-Main (Dengan Kelaminmu) karya Djenar Mahesa Ayu.
0 komentar:
Posting Komentar