Pages

Minggu, 23 September 2018

“Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)” - Djenar Mahesa Ayu



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pasca gelombang reformasi yang identik dengan  informasi keterbukaan, transparansi, tak heran apa pun itu, segala “tetek bengek” permasalahan yang melanda kehidupan masyarakat akan dibuka, dengan sendirinya atau pun terpaksa. Khususnya di Indonesia ini. Nyaris tak ada ditutup-tutupi.
Di dunia ”keperempuanan” hal ini menjadi semacam bentuk perjuangan untuk bebas dari kesenjangan gender yang sudah lama membungkam suara-suara nurani mereka. Salah satunya adalah Djenar Maesa Ayu. Penulis yang mengambil tema-tema kontroversial, mengambil ranah “seksual” yang ingin membuka pandangan sebagian masyarakat bahwa seks itu tabu untuk dibicarakan.
Dalam kumpulan cerpen “Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)”, Djenar menyajikan sebuah dunia yang dipenuhi karakter manusia yang terluka, termarginalkan oleh norma masyarakat, dan pengkhianatan. Aroma yang menyajikan bahwa hidup itu indah, seperti siklus manusia bahagia—lahir, remaja, dewasa, bekerja, menikah, bahagia punya anak kemudian meninggal segera ditampik jauh-jauh dalam kumpulan cerpen ini. Meminjam istilah Seno Gumira Ajidarma, yang mengungkapkan cerita dengan sarkasme, yaitu menvisualisasikan hal yang membuat bergidik, tabu, menakutkan, kesakitan dengan hal yang biasa seolah hal itu sudah biasa terjadi. Hal itu dicoba digambarkan oleh Djenar Maesa Ayu dengan “nyentrik”—berani mendobrak pintu-pintu terlarang di ranah seksual dengan vulgar, apa adanya.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka dengan demikian dirumuskan permasalahan dalam analisis ini sebagai berikut:
1.      Bagaimana Gaya Penulisan Djenar Mahesa Ayu dalam Antologi cerpen “Jangan Main-main (dengan Kelaminmu)?
2.      Bagaimana Pandangan Masyarakat Luas dengan Karya-karya Djenar Mahesa Ayu dalam Antologi Puisi Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)?
3.      Bagaimana Dampak Psikologi Pembaca  Antologi Cerpen “Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) Karya Djenar Mahesa Ayu?
C.    Tujuan Masalah
1.      Untuk Mengetahui Gaya Penulisan Djenar Mahesa Ayu dalam Antologi cerpen “Jangan Main-main (dengan Kelaminmu)
2.      Untuk Mengetahui Pandangan Masyarakat Luas dengan Karya-karya Djenar Mahesa Ayu dalam Antologi Puisi Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)
3.      Untuk Mengetahui Dampak Psikologi Pembaca  Antologi Cerpen “Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) Karya Djenar Mahesa Ayu
D.      Manfaat Penelitian
1.        Bagi Peneliti
Manfaat bagi peneliti mengenai gaya penulisan Djenar Mahesa Ayu  dalam antalogi cerpennya yang berjudul “Jangan Main-main (dengan Kelaminmu)” yaitu gaya penulisan yang vulgar, akan tetapi pengolahan eksplorasi antara metafora, simbol dan  ekspresif betul-betul tersajikan dalam menggambarkan setting maupun karakter tokohnya. Hal itulah yang menimbulkan sensasi dan kesan yang mudah dicerna dan mudah terserap bagi yang membacanya. Djenar juga menggunakan campur aduk antara bahasa formal konvensional pada beberapa cerpennya dan bahasa populer yang ringan di beberapa cerpennya.
2.        Bagi Masyarakat
Antologi cerpen Jangan Main-main (dengan Kelaminmu) memberi pemahaman bahwa dalam penulisan dunia sastra penulis bebas mengekspresikan imajinasinya dengan goresan pena yang menghasilkan karya walaupun tidak semua kalangan dapat menerimanya. Selain itu masyarakat juga dapat memetik pelajaran dari karya-karya Djenar yang membuka kebaruan dalam teknik bercerita secara lugas tanpa basa-basi di dalam cerpen.



BAB II
LANDASAN TEORI
A.      Sinopsis Antologi Cerpen “Jangan Main-Main (Dengan Kelaminmu)”
Jangan Main-Main (Dengan Kelaminmu) adalah kumpulan cerita pendek yang
menyinggung hal tak biasa.
Jangan Main-Main dengan buku ini. . .
Buku ini tidak memiliki gigi, ia tentu tak bisa menggigit. 
Buku ini tidak memiliki bisa, tentunya tak ada racun didalamnya. 
Buku ini hanyalah mengangkat isu yang sangat tidak biasa.
Topik-topik yang membuat kedua alisku menyatu, membuatku tak berhenti menyerngit. 
Kumcer yang paling menarik perhatianku adalah Menyusu Ayah. Ada pepatah berkata,"Tak ada rotan, akar pun jadi." Dalam cerita Menyusu Ayah, tak ada air susu ibu, air mani ayah pun jadi. Tak usah dibayangkan, hanya mengucapkannya pun aku sudah mual. Well, sekali lagi aku camkan, Jangan Main-Main dengan buku ini, juga dengan kelaminmu, tentunya.
Jangan Main-Main dengan kelaminmu karena itu bukanlah sebuah mainan. Yah, walaupun banyak pria maupun wanita yang sering tidak peduli dan justru menjadikannya sebagai alat permainan mereka. Tak peduli apakah mereka sudah menikah, masih lajang, ataupun masih dibawah umur. Tentunya mereka semua memiliki tujuan yang berbeda-beda. 
"Jaman sekarang laki-laki lebih takut bikin bunting perempuan ketimbang kena penyakit!"
Dengan personifikasi, benda-benda mati seolah bernyawa dan dapat berbicara. Jika semua dinding, meja, cermin, dll bisa berbicara, mungkin akan banyak pria beristri/wanita bersuami yang ketahuan tidak setia. Apa yang salah dengan para pria dan wanita tersebut? Mereka miskin moral. Buku ini cukup mengungkap fakta yang terkubur oleh gemerlapnya dunia.
Kita tahu,
Kita tidak tahu,
Kita tahu tapi tidak mau tahu.
Kita tidak tahu dan tidak mau tahu.
B.       Analisis Gaya Penulisan Antologi cerpen “Jangan Main-main (dengan Kelaminmu)”
 Dari penamaan judulnya saja, sudah berbau vulgar, seks, tubuh telanjang, hal ini teringat dalam esainya Damhuri Muhammad yang berjudul “Tarekat Ketubuhan” versi Djenar Maesa Ayu yang menjelaskan duduk permasalahan tema utama yang ditulis Djenar dalam cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)” dan “Menyusu Ayah” sebagai gaya baru Djenar dalam mengekspresikan “jalan” bagi ketubuhan. Maksudnya tema-tema tersebut adalah suatu bentuk perlawanan Djenar terhadap upaya hegemoni pengekangan seksualitas wanita yang selama ini dianggap tabu untuk dibicarakan di masyarakat umum.
Oleh sebab itu Damhuri, menganggap proses tarekat bukan hanya dikenal di kalangan sufi-sufi saja, namun tarekat yang berarti jalan adalah sebuah proses perjalanan yang ditempuh seseorang untuk menuju sesuatu, dalam konteks ini, tarekat ketubuhan yang membuka selebar-lebarnya pengungkapan tubuh telanjang ini—bahkan vulgar merupakan upaya jalan ketubuhan dalam perlawanan terhadap ketidakadilan terhadap nasib tubuh wanita itu sendiri.
Tokoh-tokoh dalam cerpen Djenar kali ini, nyaris semuanya “antipenyelamat”, mereka tidak butuh pahlawan kesiangan yang menolong dikala mereka menangis, jatuh, dikucilkan, dan dikhianati, namun mereka berusaha tegar, berdiri sendiri dari lingkungan yang brutal yang sudah menvonis mereka “penyakit masyarakat”. Namun jangan mengira mereka mengeluh, mengharap iba dan simpati kita—sebagai  pembaca, karena mereka berusaha melawan dan menciptakan ruang kebahagiannya sendiri.  Tentu saja dengan cara dan pemikiran tokoh-tokoh dalam cerpen tersebut.
Dari konteks bahasa yang dipakai Djenar, penuturan yang kita temukan di beberapa cerpen seperti “Stacco” dan “Saya di Mata Sebagain Orang” yang cenderung singkat, padat namun diulang-ulang, namun menciptakan sudut pandang penceritanya yang berbeda.
Hal itu  membuka kebaruan dalam teknik bercerita secara lugas tanpa basa-basi di dalam cerpen. Hal itu mungkin saja Djenar terinspirasi dari Sutardji Calzoum Bachri, yang memasukkan pengulangan-pengulangan dalam sajaknya, semisal: sajak tragedi Winka. Dari bentuknya yang unik, dan diulang-ulang seperti merapal mantra, sajak Sutardji juga berkesan jika dibaca secara berulang seperti membentuk irama dan makna. Begitu juga cerpen-serpen Djenar tersebut, memberi kesan penegasan kembali apa yang mau disampaikan tokoh-tokoh cerpennya.
Pengolahan eksplorasi antara metafora, simbol dan  ekspresif betul-betul tersajikan dalam menggambarkan setting maupun karakter tokohnya. Hal itulah yang menimbulkan sensasi dan kesan yang mudah dicerna dan mudah terserap bagi yang membacanya. Djenar juga menggunakan campur aduk antara bahasa formal konvensional pada beberapa cerpennya dan bahasa populer yang ringan di beberapa cerpennya. Hal yang berbeda dari cerpen-cerpen sebelumnya dari Djenar adalah teknik pemformatan font huruf yang pada buku ini kurang nyaman untuk ukuran cerpen.  Hal itu untuk bahan pertimbangan pihak editorial dan lay out buku ini selanjutnya. Format timenewsroman lebih menarik dan nyaman untuk dibaca baik cerpen maupun novel.
Namun terlepas hal teknis, dari segi kepenulisan Djenar dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu). memberikan warna kualitas original tersendiri dari penulis wanita Indonesia lainnya. Hal itulah yang membuat Djenar tidak hanya berani memukau dalam tema-tema kontroversial seperti “Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)” dan “Menyusu Ayah” namun juga berani menghadirkan semangat kebaruan dalam khazanah sastra Indonesia kini.
Djenar sendiri,memang tidak jarang dalam menulis setiap karyanya, selalu disertai kontroversi. Dia tak segan memasukan sejumlah tema-tema krusial seksualitas berikut idiom dan frasanya, seperti hubungan tak lazim dalam dunia seks, dan sejumlah tema pemberontakan perempuan yang selama ini masih jarang dijamah penulis lain. Karya-karya Djenar memang banyak mendobrak hal tabu dan tak jarang dinilai vulgar. Namun di sisi lain banyak yang menilai karyanya mencerahkan. Oleh karena itu, relistis merupakan unsur penting dalam menyikapi berbagai hal, terutama jika tujuan penyikapannya bernilai positif. Kerealistisan disini juga berfungsi untuk membuka pesan baru, mencerahkan, dan mungkin bisa mengganti pandangan lama terhadap penyikapan kepada sesuatu hal yang dianggap tabu.
Dipilihnya cerpen Jangan main-main(dengan kelaminmu) yang ditulis oleh Djenar Maesa Ayu bukan tanpa pertimbangan atau alasan, sebab cerpen ini memiliki keistimewaan  dibandingkan dengan cerpen yang ditulis pengarang-pengarang yang lain. Keistimewaannya terletak pada nilai-nilai yang terkandung di dalam pengungkapan ceritanya yang sarkas. Hal ini pula yang menjadi titik tolak dalam  mengkritik karya Djenar.
Titik pandang yang diambil dalam  melakukan kritik terhadapcerpen Jangan main-main(dengan kelaminmu)  ini adalah kerealistisan terhadap norma atau nilai-nilainya yang khas. Norma atau nilai yang khas di sini dapat dilihat dari pengungkapan atau pengisahan ceritanya yang tercermin dari bahasa yang digunakan. Berikut contoh penggalan ceritanya:
Awalnya memang urusan kelamin. Pada suatu hari, ia terbangun dan terperanjat di sisi seonggok daging yang tak lagi segar. Ah... saya tak sampai hati menyampaikan apa yang diutarakannya pada saya. Tak pantas menyamakan seorang istri dengan seonggok daging, apalagi daging yang tak segar. Bahkan ia mengatakan senam kebugaran tak akan menyelamatkan istrinya dari serbuan lemak. Hanya sedot lemak yang dapat menyelamatkan, katanya....
Jika kita lebih bijaksana dalam menilai sesuatu tentunya kita akan menilai sebuah karya dari berbagai sudut pandang, tidak melihat dari satu sisi saja. Bukankah hidup manusia itu terdiri atas berbagai macam frame?. Begitu pun karya sastra, yang tidak bisa dinilai dari satu sisi saja. Jika bahasa djenar itu vulgar, bagai saya itu hanya gaya seseorang saja dalam menyampaikan gagasannya.Dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main dengan Kelaminmu, Djenar menggambarkan sebuah dunia yang dipenuhi dengan orang-orang yang sakit, dunia orang-orang yang terluka, terasingkan, dan terkhianati. Dalam kumpulan cerpen ini kita dapat menyimpulkan bahwa di dunia yang jahat ini tidak ada pijakan yang kokoh untuk dijadikan pegangan hidup.
BAB III
METODE PENELITIAN
Sugiyono menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. Metode penelitian ini meliputi (A) Jenis Penelitian, (B) Metode Penelitian, (C) Sumber data membaca buku, (D) Teknik Pengumpulan Data (E) Analisis Data.
A.      Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis penelitian perpustakaan atau dokumenter. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makan (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar focus penelitian sesuai dengan fakta. Selain itu, landasan teori juga bermanfaat untuk memeberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebgaai bahan pembahasan hasil penelitian (Wikipedia). Pada penelitian kualitatif tidak bisa diperoleh atau diukur menggunakan prosedur-prosedur statistik. Penelitian kualitatif sering digunakan sebagai penelitian tentang kehidupan suatu masyarakat. Data yang dihasilkan pada penelitian kualitatif adalah data yang deskriptif berupa kata-kata tertulis atau ucapan pelaku yang sedang diamati.
B.       Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipakai yakni metode analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif merupakan metode penelitian yang biasanya digunakan dalam menganalisis novel, cerpen, atau puisi. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akura menegnai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Metode deskriptif juga ingin memperlajari norma-norma atau standar-standar, sehingga penelitian deskriptif ini juga disebut survey normative. Dalam metode deskriptif dapat diteliti masalah normatif  bersama- sama dengan masalah status sekaligus membuat perbandingan-perbandingan antar fenomena. Studi demikian dinamakan secara umum sebagai studi atau penelitian deskriptif.
C.      Sumber Data
Sumber data yang digunakan bersumber dari Antologi cerpen”Jangan Main-Main (Dengan Kelaminmu)” karya Djenar Mahesa Ayu.
D.      Teknik Pengumpulan Data
      Analisis data dalam Karya Tulis Ilmiah ini dengan cara membaca antologi cerpen yang berkaitan atau menunjang dalam pembuatan karya ilmiah sehingga bisa juga menggunakan teknik dokumen. Teknik dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, film, gambar dan karya-karya monumental.
      Data dalam penelitian kualitatif juga bisa diperoleh dari non human resource, diantaranya dokumen, foto, dan bahan statistik. Ada beberapa keuntungan dari penggunaan studi dokumen dalam penelitian kualitatif, seperti yang dikemukakan Nasution (2003:85); a) bahan dokumenter itu telah ada, telah bersedia, dan siap pakai; b) penggunaan bahan ini tidak meminta biaya, hanya memerlukan waktu untuk mempelajarinya; c) banyak yang dapat ditimba pengetahuan dari bahan itu bila dianalisis secara cermat, yang berguna bagi penelitian yang dijalaankan; d) dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian; e) dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data; dan f) merupakan bahan utama dalam penelitian historis.
E.       Analisis Data
Analisis data dalam Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan analisis data kualitatif. Adapun tujuan analisis data kualitatif adalah mencari makna dibalik data yang melalui pengakuan subjek pelakunya. Analisis data kualitatif dilakukan secara induktif, yaitu penelitian kualitatif tidak dimulai dari fakta empiris. meskipun analisis kualitatif ini tidak menggunakan teori secara pasti sebagaimana kuantitatif, akan tetapi keabsahan dan kevalidan temuannya juga diakui sejauh peneliti masih menggunakan kaidah-kaidah penelitian.
Menurut Lexy J. Moleong, proses analisis data kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar foto dan sebagainya. Setelah ditelaah, langkah selanjutnya adalah reduksi data, penyusunan satuan, kategorisasi dan yang terakhir adalah penafsiran data.
Analisis data kualitatif biasanya digunakan untuk karya tulis ilmiah yang mengkaji novel atau karya sastra, seperti karya ilmiah yang penulis ingin teliti antologi cerpen “Jangan Main-Main (Dengan Kelaminmu) karya Djenar Mahesa Ayu.








0 komentar:

Posting Komentar

 

(c)2009 AFIAH. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger